Menlu AS John Kerry mengunjungi Moskow pada awal Mei lalu. Dalam kunjungan tersebut, dan bersama Menlu Rusia, Sergei Lavrov, Kerry mengusulkan diadakannya kembali konferensi internasional mengenai masalah Suriah. Meski pemerintah Suriah kemudian setuju untuk berpartisipasi, namun pihak oposisi tidak pernah menegaskan keikutsertaannya. Kemarin, golongan oposisi utama Suriah bernama "Koalisi Nasional" menyatakan bahwa tidak akan menghadiri konferensi tersebut.
"Koalisi Nasional" mengadakan rapat di Istanbul kemarin. Ketua Koalisi Nasional, George Sabra dalam jumpa pers seusai rapat tersebut menyatakan, jika kekerasan di Kusair tidak terkendali, maka mereka tidak akan menghadiri konferensi internasional tersebut.
George Sabra menggambarkan konflik di Kota Kusair sebagai agresi Iran dan Partai Hezbollah Lebanon. Ia menyatakan, apabila tindakan serupa tidak dihentikan masyarakat internasional, maka konferensi internasional dan penyelesaian politik apapun hanyalah omong kosong belaka. Ia menghimbau masyarakat dan lembaga kemanusiaan untuk segera mengambil tindakan, menyediakan bantuan bagi rakyat di kota Kusair.
Kota Kusair terletak di Propinsi Homs Suriah, mendekati perbatasan dengan Lebanon. Kota ini merupakan tempat strategis yang menghubungkan ibukota Suriah dengan jalur pantai Suriah. Kekuatan bersenjata golongan oposisi Suriah pernah menduduki tempat ini selama satu tahun. Pada 19 Mei lalu, tentara pemerintah Suriah sempat mengadakan serangan sengit terhadap kota Kusair. Pemerintah Suriah menyatakan, kota tersebut telah menjadi pos transit pengiriman senjata golongan oposisi. Banyak kelompok bersenjata asing juga memasuki Suriah melalui kota ini, sehingga dalam beberapa tahun ini serangan terhadap Kusair semakin gencar. Di pihak lain, golongan oposisi menuduh tentara pemerintah Suriah memusatkan pengeboman dan mengakibatkan banyak korban warga sipil.
Menlu Rusia kemarin menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan golongan oposisi Suriah tersebut. Ia berpendapat bahwa hasil rapat Koalisi Nasional untuk tetap pada pendiriannya menggulingkan kekuasaan Bashar al-Assad, merupakan penghalang proses gencatan senjata dalam negeri Suriah, dan tidak sesuai dengan kepentingan rakyat Suriah.
Menurut media Rusia, Rusia, AS dan PBB akan mengadakan sidang di Jenewa pada 5 Juni mendatang. Sidang tersebut akan membahas upaya mengajak semua pihak terkait krisis Suriah untuk menghadiri konferensi internasional mengenai masalah Suriah dengan jangkauan yang lebih luas.