Menurut media Jepang, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe hari Minggu lalu ikut serta dalam perdebatan pimpinan partai untuk pemilihan Senat. Ia melontarkan argumentasi mengenai masalah diplomasi dan keamanan. Shinzo Abe mendiskreditkan citra Tiongkok dengan mengemukakanmasalah Pulau Diaoyu dan Laut Tiongkok Selatan. Ia membicarakan mengenai kebanggaan sejarah dari pandangan yang keliru, dan merangkai impian kosong mengepung Tiongkok . Berbagai argumentasi yang tidak wajar tersebut sekali lagi menunjukkan pemikiran pemimpin Jepang yang kurang rasional dan memperjelas alasan ketegangan hubungan Tiongkok-Jepang dewasa ini.
Mengenai masalah Pulau Diayu dan masalah Laut Tiongkok Selatan, Shinzo Abe mengatakan bahwa Tiongkok tengah berupaya mengubah keadaan sekarang dengan kekuatan yang dimiliki. .
Terkait masalah sejarah, Shinzo Abe melontarkan teori bahwa berbagai negara memiliki rasa bangga terhadap sejarahnya sendiri. Ia menilai penting agar saling menghormati.
Meski pandangan mengenai diplomasi yang disebutkan Abe kerap mengantar Jepang menemui jalan buntu, Shinzo Abe tetap berusaha menggadai janji-janji dan konsep yang bahkan tidak diyakininya sendiri untuk mengelabui para pemilih, sementara mengatakan "akan membentuk persekutuan dengan negara-negara yang berambisi sama dengan Jepang untuk mendesak Tiongkok mengubah sikap."
Agaknya, Abe telah lupa bahwa negara yang menolak mengakui kejahatan agresi di masa lalu tidak mungkin akan memperoleh kepercayaan negara-negara Asia dan sama sekali tidak memiliki kualifikasi untuk membicarakan pandangan nilai universal. Jepang kini mencoba mengacaukan situasi kerja sama di kawasanAsia. Hal ini akanmengundang antipati keras negara-negara Asia dan berpotensi merugikan Jepang sendiri. Hubungan Tiongkok-Jepang dewasa ini merupakan cerminan dari sikap pemerintah Jepang. Jepang secara illegal mengadakan "pembelian pulau" pada September lalu yang akhirnya berdampak serius terhadap hubungan Tiongkok-Jepang. Jepang menolak mengubah sikapnya terkait masalah Pulau Diaoyu, memutarbalikkan fakta sejarahdan menghasut negara-negara lain membentuk aliansi mengepung Tiongkok di bidang diplomasi. Tahun ini genap 41 tahun normalisasi hubungan Tiongkok-Jepang. Pihak Jepang perlu mencontoh dari pemimpin generasi sebelumnya dalam menjalankan kewajiban negara, kebijakan politik dan tanggung-jawab sejarah, agar mendorong hubungan Tiongkok-Jepang untuk terus maju dan berkembang serta dapat mengatasi kesulitan yang ada. Sikap Abe saat ini yang terus mencela hanya berpotensi memperburuk situasi.