Namun baru-baru ini, sebuah berita yang dilansir Daily Mail pada Kamis (29/8/2013), Universitas Cambridge merilis sebuah aturan berpakaian bagi mahasiswa transgender mereka yang akan menjalani wisuda.
Hal ini dilakukan agar para mahasiswa transgender ini tidak bingung akan mengenakan busana apa saat wisuda nanti.
Dimulai pada Oktober, pihak universitas mulai memberlakukan aturan yang memperbolehkan mahasiswa laki-laki nya mengambil ijazah dengan rok dan perlengkapan perempuan yang lain.
Begitu juga sebaliknya, mahasiswi juga diperbolehkan untuk memakai pakaian pria lengkap dengan dasi kupu-kupu untuk mengambil ijazah.
Hal tersebut sangat bertentangan dengan peraturan yang lama, yang mengharuskan mahasiswa laki-laki memakai setelan gelap dengan kemeja putih ditambah dasi kupu-kupu dan sepatu pantofel.
Dan bagi perempuan, diharuskan untuk mengenakan gaun hitam, baju atau rok dengan kemeja putih ditambah high heels.
Jika mahasiswa menolak untuk menepati aturan ini, maka kelulusan mereka bsia dibatalkan. Namun aturan ini sudah dihilangkan, mulai ajaran baru Oktober mendatang.
Aturan ini dibuat oleh universitas pasca terjadi kampanye yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa persyaratan pakaian wisuda sangat membuat mereka risih. Apalagi hal ini sangat berkaitan dengan masalah yang rawan bagi mereka yaitu, jenis kelamin.
"Setelah melakukan beberapa diskusi dengan dewan pendidikan kampus, akhirnya kami memutuskan bahwa sudah waktunya untuk mengubah genderisasi dalam hal busana wisuda," ungkap Charlie Bell, Presiden Serikat Mahasiswa Universitas Cambride.