Harga pangan yang terus melambung rupanya tak jadi masalah bagi Thaler. Pria 22 tahun ini tak segan memungut makanan, bunga, atau produk lain yang masih bisa digunakan dari tempat sampah supermarket. Ia kemudian memasaknya menjadi hidangan untuk dimakan sendiri, bersama teman, atau untuk komunitas setempat.
Thaler yang berasal dari Sommerville, Massachusetts, Amerika Serikat, adalah seorang freegan. Artinya, ia mengadopsi gaya hidup antikonsumerisme, menentang materialisme, konformitas, dan keserakahan. Iapun berusaha mengonsumsi sedikit serta membuang sedikit pula.
Meski terdengar menjijikkan bagi kebanyakan orang, Thaler dan teman-temannya telah menjadikan kegiatan 'berburu' makanan di tempat sampah sebagai jalan hidup. Barang-barang yang terkumpul kemudian dipilah-pilah. Yang busuk dibuang, sementara yang bisa diselamatkan dicuci dan dimasak.
Thaler mengatakan, di tempat sampah, Anda bisa menemukan apapun yang dipajang di rak supermarket. Sayuran organik, buah, jus, telur, susu, yogurt... Semuanya,"
Thaler mulai menjadi freegan sejak kuliah, sekitar empat tahun lalu. Saat itu ada sekelompok freegan yang rutin berkumpul di supermarket sekitar. Namun, baru sejak musim panas lalu ia memperoleh seluruh makanannya dari tempat sampah.
Menurut Thaler, banyak makanan yang dibuang hanya karena kemasannya yang tak sempurna. Misalnya, tak ada yang mau membeli makanan yang kemasannya robek, jadi makanan tersebut dibuang. Adapula sekotak telur yang dibuang karena salah satu telurnya pecah, padahal 11 telur lagi baik-baik saja.
Menurut Thaler, swalayan juga sengaja membeli lebih dari yang bisa mereka jual, sehingga rak-raknya tampak penuh. Padahal, kelebihan makananpun akan berakhir di tempat sampah. Selain itu, tanggal kedaluwarsa juga sering menyebabkan makanan yang masih enak dibuang.
Selain Thaler dan teman-temannya di Massachusetts, kelompok freegan juga terdapat di New York. Sebulan sekali mereka mengadakan tur tempat sampah untuk mencari makanan gratis.