Pusat Riset Penerangan Jaringan Tiongkok kemarin (26/05) mengumumkan Catatan Aksi Penyadapan Global AS. Catatan ini mengutip laporan Guardian Inggris bahwa AS melakukan penyadapan yang luas terhadap pemimpin 35 negara antara lain Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Kanselir Jerman Merkel, dan Presiden Brazil.
Tentu saja, selain pemimpin, banyak badan penting juga adalah sasaran penyadapan AS. Misalnya Markas Besar PBB, kantor delegasi Uni Eropa untuk PBB. Isi penyadapan meliputi politik, ekonomi dan bisnis. CIA telah melakukan penyadapan terhadap kedubes Brazil, Bulgaria, Kolombia, Uni Eropa, Perancis, Georgia, Yunani, India, Italia, Jepang, Meksiko, Slovia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Venezuela dan Vietnam.
Aksi penyadapan global AS ini dikritik oleh tokoh-tokoh politik dan opini umum.
Setelah diungkapkan penyadapan AS, Kanselir Jerman Merkel mengatakan bahwa kepercayaan perlu didirikan kembali.
Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak mengatakan bahwa pemerintah Malaysia menentang penyadapan AS terhadap Malaysia.
Menanggapi penyadapan AS ini, Majelis Umum PBB ke-68 menerima baik resolusi mengenai hak privasi pada zaman digital, menekankan bahwa penyadapan ilegal, pengumpulan data pribadi secara ilegal adalah pelanggaran terhadap hak privasi dan kebebasan opini. Sejumlah negara berpidato untuk mencela AS melanggar hak pokok, dan melanggar asas tujuan Konstitusi PBB.
Majalah Jerman mengatakan bahwa AS selalu memberi tekanan kepada Tiongkok dengan alasan serangan hacker tiongkok, pada halnya, AS justru adalah penyadap. Stasiun Televisi Jerman mengatakan bahwa AS hampir menyadap seluruh Tiongkok di berbagai bidang. Pendek kata, ini disebabkan AS khawatir Tiongkok melampaui AS menjadi negara adikuasa.