ISIS pekan lalu menjalakan serangan keras terhadap kota di Irak dan Suriah, merebut lagi Ramadi, Irak, dan Palmyra, Suriah. ISIS membunuh ratusan rakyat termasuk para wanita dan anak-anak. Ekspansi ISIS di dua negara ini menaruh kekhawatiran masyarakat internasional.
Mengapa ISIS dapat merebut kota-kota di dua negara ini dalam waktu pendek? Analis berpendapat bahwa ini berhubungan erat dengan letak geografis dan lingkungan sosial kedua negara ini.
Dilihat dari letak geografis, kebanyakan populasi Irak dan Suriah terpusat di metropolitan, daerah lainnya berpopulasi rendah. Rumitnya geografis dan daerah perbatasan kedua negara ini sulit dikontrol, dan memberi peluang bagi ISIS beraksi di dua negara ini.
Dilihat dari lingkungan sosial, Sunni dan Shiyeh menetap di daerah yang berbeda. Di Irak dan Suriah masih terdapat orang Beduin dan suku lain, mereka menetap di daerah yang berbeda dan mempunyai lingkup masing-masing. Jika pemerintah Irak dan Suriah mengirim pasukan ke daerah ini, maka timbulnya kontradiksi akan sangat mudah. Kedua negara ini juga mempunyai sistem pertahanan yang lemah, maka dari itu mudah diserang oleh elemen bersenjata ISIS.
Menghadapi serangan gila-gilaan dari elemen bersenjata ISIS, tentara Irak dan Suriah akhirnya memilih mundur untuk mengurangi kerugian.
Ramadi yang diduduki ISIS merupakan kegagalan terbesar sejak tentara Irak menentang ISIS secara menyeluruh pada Juni 2014. Media barat berpendapat, pemerintahan Obama masih sulit menuntaskan organisasi ekstrimis ini.
Pengamat berpendapat bahwa aksi pemukulan AS terhadap ISIS kebanyakan dibatasi dengan serangan udara, dan cara ini sulit mencapai hasil dalam jangka panjang. Selain itu, AS juga menolak bekerja sama dengan Suriah mengenai penentangan ISIS, serta menambah kesulitan untuk membasmi organisasi ini.