Tanggal 12 September tahun ini merupakan peringatan genap 70 tahun Jepang menandatangani surat penyerahan tanpa syarat dan juga genap 70 tahun kemenangan Perang Anti-Jepang Rakyat Tiongkok dan kemenangan Perang Anti-Fasis Dunia. Selain memperingati kemenangan perang dan mengingat kembali perjalanan pahit menuju kebebasan, Tiongkok dan negara-negara Asia tidak lupa pula memetik pelajaran dari sejarah masa lalu dan mengingatkan diri untuk menyayangi perdamaian.
Asia Tenggara mempunyai posisi strategis yang penting sebab terletak di perempatan wilayah Asia, Oseania, Samudera India dan Samudera Pasifik, dan merupakan terminal penting pengangkutan laut dan pengangkutan udara dunia. Pada tanggal 7 Desember 1941, tentara Jepang melakukan serangan mendadak terhadap armada tentara AS di Pearl Harbour dan mencetuskan Perang Pasifik. Dalam kurun waktu tidak sampai setengah tahun, Jepang berhasil mengalahkan tentara AS dan tentara Inggris, dan dalam waktu singkat menduduki kawasan Asia Tenggara.
Profesor Balai Riset Hubungan Internasional Institut Hubungan Luar Negeri Tiongkok Zhou Yongsheng berpendapat, terdapat beberapa alasan mengapa Jepang mengagresi Asia Tenggara.
Menurutnya, Jepang mengagresi Asia Tenggara dengan bertolak dari beberapa kebutuhan antara lain pertimbangan strategi global, pertimbangan untuk bertemu dengan Jerman dan Italia di Timur Tengah, pertimbangan kebutuhan sumber daya bagi pasokan kebutuhan militer, pertimbangan berperang dengan Tiongkok dan AS, dsb. Karena itulah, Jepang menganggap harus menduduki kawasan Asia Tenggara.
Agresi tentara Jepang terhadap Asia Tenggara merupakan bagian strategi global Jepang. Dalam Perang Dunia II, Jepang, Jerman dan Italia menjalin hubungan poros Fasis dan mencoba membagi-bagikan dunia. Strategi global yang disusun Jepang terdiri atas kebijakan penyerangan dari utara, barat dan selatan. Sasaran penyerangan utara Jepang adalah Uni Soviet, dan Jepang mencoba menyerang Uni Soviet bersama dengan Jerman. Tujuan penyerangan selatannya ialah menduduki Asia Tenggara dan kawasan Pasifik barat daya. Zhou Yongsheng berpendapat, agresi Jepang terhadap Asia Tenggara mempunyai pertimbangan jangka panjang.
Dilihat dari sudut seluruh konfigurasi dunia, Jepang ingin menduduki Asia Tenggara dan membangun apa yang disebutnya "Lingkaran Kemakmuran Asia Timur Raya", menuju timur dapat melawan AS di Kawasan Pasifik, menuju barat dapat terus menyerang India dan menduduki India, kemudian bertemu dengan Jerman dan Italia di Timur Tengah, menaklukkan Inggris, kemudian melawan AS. Inilah sebenarnya strategi jangka panjang Jepang.
Militerisme dan Fasisme merupakan sumber kejahatan perang agresi Jepang pada zaman modern. Wakil Kepala Kantor Penelitian Asia Selatan dan Asia Tenggara Institut Hubungan Internasional Modern Tiongkok Zhang Xuegang berpendapat, Jepang memeras daerah jajahannya melalui agresi dan ekspansi pada zaman modern. Kekuatannya negaranya terus meningkat sehingga ambisinya membubung tinggi yang akhirnya mengakibatkan jatuhnya imperialisme militer Jepang.