Tahun 2015 merupakan suatu tahun yang keadaan antiterorisme global sangat serius, terorisme telah mengancam ketenteraman dan kestabilan seluruh dunia. Justru pada saat kebanyakan negara telah mencapai kesepahaman kerja sama internasional antiterorisme, Departemen Luar Negeri AS baru-baru ini malah memberi komentar mustahil atas rancangan Undang-Undang Antiterorisme Tiongkok, dan sekail lagi menggunakan standar ganda pada masalah antiterorisme.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa rancangan UU Antiterorisme Tiongkok memainkan peranan negatif lebih besar daripada peranan positif pada masalah memukul terorisme. AS berpendapat, pertama, mengkhawatirkan UU Antiterorisme Tiongkok mempengaruhi perdagangan dan investasi AS kepada Tiongkok, Kedua, UU Antiterorisme membataskan kebebasan berbicara, berkumpul dan agama di Tiongkok, ketiga, UU tersebut akan merugikan keamanan informasi internet.
Namun kenyataannya ialah: pertama, Tiongkok berulang kali menekankan bahwa keterbukaan adalah kebijakan fundamental Tiongkok, kebijakan Tiongkok untuk menggunakan modal asing tidak akan berubah, jaminan terhadap hak sah perusahaan investor asing tidak akan berubah.
Melihat dari hubungan Tiongkok-AS, pada tahun 2014, Tiongkok mengizinkan 1176 perusahaan modal AS membentuk perusahaan di Tiongkok, projek investasi di Tiongkok melampaui 64 ribu lebih dengan dana US$75,4 miliar. Selain itu, menuruut data perdagangan internasional yang diumumkan Departemen Perdagangan AS, sejak Januari hingga September tahun ini, volume perdagangan barang-barang di antara Tiongkok dan AS mencapai US$441,6 miliar. Tiongkok untuk pertama kali menjadi mitra dagang terbesar AS sejak tahun 1985.
Kedua, kebebasan hak bicara, berkumpul dan beragama Tiongkok telah dicantumkan dalam Konstitusi Tiongkok, dan merupakan hak setiap warga Tiongkok. Sedangkan di AS, antiterorisme menjadi alat AS dengan terang-terangan mencampur tangan urusan domestik negara-negara lain, AS menggunakan standar AS dengan alasan antiterorisme untuk mencapai tujuannya sendiri.
Ketiga, internet telah semakin menjadi alat penting organisasi teroris untuk menyebarkan idenya, merekrut anggota dan mengumpulkan dana, dan merencanakan serangan.
AS menggunakan standar ganda pada masalah antiterorisme, memukul terorisme yang diakui AS, sementara mencampur tangan tindakan antiterorisme negara-negara lain. Tiongkok berharap AS dapat bertolak dari situasi antiterorisme internasional, menghentikan sikap yang sombong ini.