Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah resmi dimulai pada tanggal 21 bulan Januari 2016. Namun tepat sepekan kemudian, media Indonesia melaporkan, sejauh ini Kementerian Perhubungan RI belum memberikan izin kepada proyek tersebut karena masih kekurangan beberapa dokumen yang belum diserahkan, sehingga proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah berhentik.
Terkait berita itu, wartawan CRI mencari informasi kepada China Raiway, sebagai perusahaan Tiongkok untuk memborong proyek itu. China Railway dalam surat jawabannya mengatakan, liputan media Indonesia itu tidak benar, sejak dimulainya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, pemerintah maupun perusahaan Tiongkok dan Indonesia semua menaruh perhatian besar dan melakukan kerja sama yang erat pada proyek itu, berbagai pekerjaan sedang dilaksanakan normal dan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sedang berjalan lancar.
Meskipun berita mengenai berhentinya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah tidak benar, tapi patut dicatat bahwa proyek itu memang telah mengahdapi sejumlah hambatan sejak diluncurkannya pada awalnya. Selain itu, dalam proses ekspansi kereta api cepat ke market dunia, Tiongkok akan mengalami banyak kesulitan. Wakil Direktur Institut Market Internasional Kementerian Perdagangan Tiongkok Bai Ming menyatakan, pembangunan kereta api cepat merupakan proyek sistematik besar dengan teknologi dan konstruksi yang rumit, "ekspansi" kereta api cepat Tiongkok ke dunia luar akan menghadapi banyak tantangan maupun kesulitan, yang perlu kami menanganinya dengan kesabaran dan kecerdasan luar biasa, sementara itu Tiongkok harus pula mempersiapkan berbagai macam rencana tanggapan.
Direktur Kantor Kerja Sama Internasional Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok Zhang Jianping menyatakan, "Satu Sabuk Satu Jalan" melibatkan banyak negara yang melintasi dari benua Asia keEropa, situasi politik maupun sosial di sekian negara masih kurang memuaskan. Ketika melaksanakan proyek besar ataupun menanam modal besar di negara-negara tersebut, Tiongkok harus belajar bagaiman dengan efektif menghindari resikonya.
Selain itu, pakar Tiongkok berpendapat pula, "ekspansi ke market dunia" tidak hanya dilakukan oleh perusahaan saja, tapi membutuhkan pula dukungan pemerintah Tiongkok di segi diplomatik ekonomi. Misalnya menandatangani persetujuan perdagangan bebas, membentuk hubungan baik antar perbankan, saling memberikan kemudahan di bidang perdagangan, supaya mweujudkan kemungkinan terbesar demi mencapai kemenangan bersama, juga bermanfaat bagi ekspansi perusahaan Tiongkok ke market dunia.