Strategi "Satu Sabuk Satu Jalan" Disalahpahami?
  2016-03-11 09:45:47  CRI

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dalam laporan pekerjaan pemerintah yang disampaikan pada tanggal 5 bulan ini mengatakan akan mendorong pembangunan "satu sabuk satu jalan", mempertahankan konsultasi bersama, pembangunan bersama dan pembagian bersama, agar "satu sabuk satu jalan" menjadi tali perdamaian dan persahabatan dan menjadi jalan kemakmuran bersama. Sementara itu, opini dunia Barat ternyata salah paham atas proposal Tiongkok mengenai "satu sabuk satu jalan", membandingkan "satu sabuk satu jalan" dengan "rencana Marshall" dan berpendapat bahwa pembangunan "satu sabuk satu jalan" bertujuan untuk merebut sumber, "satu sabuk satu jalan" terutama ditujukan terhadap negara-negara berkembang. Jadi apakah maksudnya Tiongkok meluncurkan proposal "satu sabuk satu jalan"? Apakah kesalahpahaman dunia Barat terhadap "satu sabuk satu jalan"? Dan bagaimanakah Tiongkok mengatasi kesalahpahaman?

Pada bulan September tahun 2013, Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam kunjungannya di Kazakstan mengemukakan proposal mengenai pembangunan bersama "jalur ekonomi Jalan Sutra". Pada bulan Oktober tahun 2013, Presiden Xi Jinping dalam kunjungannya di negara-negara ASEAN mengajukan gagasan strategis mengenai pembangunan bersama "Jalan Sutra Maritim Abad Ke-21". Selanjutnya "satu sabuk satu jalan" diluncurkan sebagai strategi Tiongkok dalam kebijakan keterbukaan pada era baru. Pada bulan Maret tahun 2015, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan Tiongkok telah mengumumkan "Prospek dan Aksi Pembangunan Bersama Jalur Ekonomi Jalan Sutra dan Jalan Sutra Maritim Abad Ke-21". Ini berarti bahwa strategi penting yang akan membawa pengaruh kepada 4,4 miliar penduduk di 26 negara dan daerah dengan membangun koridor ekonomi yang paling panjang di dunia, strategi tersebut akan memasuki tahap yang kunci. Sejalan dengan dikemukakannya strategi "satu sabuk satu jalan", dana Jalan Sutra senilai US$ 40 miliar telah didirikan, Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Korea Selatan bergabung dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB), strategi "satu sabuk satu jalan" membawa pengaruh berkelanjutan di dalam negeri Tiongkok dan di dunia internasional. Selama dua tahun ini, sejumlah proyek penting terkait "satu sabuk satu jalan" telah mencapai terobosan dan hasil tahap awal. Pada tahun ini, "satu sabuk satu jalan" sudah memasuki tahap baru.

"Satu sabuk satu jalan" menegaskan kerja sama dan menang bersama, sama sekali berbeda dengan "rencana Marshall" yang merupakan hasil perang dingin, AS perlu melihat dokter psikologi apabila menjadikan "satu sabuk satu jalan" sebagai tantangan terhadap "persetujuan kemitraan trans Pasifik", karena AS terkena penyakit paranoia. Perbedaan yang paling besar antara keduanya ialah apakah disertai syarat tambahan. "Satu sabuk satu jalan" tidak disertai syarat tambahan dan terbuka. Proposal yang dikemukakan oleh Tiongkok itu akan dibahas bersama dengan komunitas ekonomi lainnya tanpa syarat tambahan apa pun. Namun, "rencana Marshall" disertai syarat tambahan, yaitu negara-negara sosialis harus mengubah warnanya apabila ingin mendapat bantuan.

Berkenaan dengan sebagian orang yang mengatakan bahwa Tiongkok mengekspor kapasitas produksi yang terbelakang, seolah-olah hal yang terbelakang sulit diekspor, karena itu tidak sesuai dengan hukum. Apakah keunggulan Tiongkok? Ekonomi. Keunggulan utama berada di bidang ekonomi, isi utama "satu sabuk satu jalan" ialah kerja sama di bidang ekonomi, termasuk investasi dalam pembangunan pabrik dan pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan dan bandar udara serta proyek interkoneksi seperti jaringan tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan jaringan pipa minyak dan gas. Bidang-bidang tersebut justru adalah keunggulan Tiongkok, bukanlah yang terbelakang atau perlu disisihkan.

"Satu sabuk satu jalan" bermanfaat bagi pembentukan konfigurasi baru dalam keterbukaan Tiongkok, membangun platform toleransi yang saling menguntungkan dan saling membawa sejahtera. Tugas inti dalam pembangunan bersama "satu sabuk satu jalan" ialah mengembangkan ekonomi, meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan melalui saling terbuka antara Tiongkok dengan negara dan daerah Asia Tengah dan Asia Tenggara di sepanjang jalan, membentuk lingkungan persaingan pasar yang adil, mendorong pertukaran bebas antara berbagai sumber, terus memperluas skala dan volume total perkembangan ekonomi, mengoptimalkan struktur ekonomi, untuk selanjutnya membawa sejahtera kepada rakyat berbagai negara di sepanjang jalan.

Di sepanjang "satu sabuk satu jalan" terdapat sebagian negara berada dalam situasi politik yang kurang stabil, maka dalam proses pelaksanaan strategi besar itu, apakah yang perlu diperhatikan?

Memang terdapat risiko yang mungkin dihadapi. Yang pertama adalah risiko politik dan keamanan, sebagian negara di sepanjang jalan masih belum menetapkan model perkembangan ekonomi, terdapat sejumlah unsur ketidakstabilan. Kedua, risiko dalam operasi ekonomi, khususnya diperlukan dana besar untuk pembangunan infrastruktur, maka perlu bertindak hati-hati dalam investasi. Dan ketiga, risiko keselamatan pribadi, terutama ancaman besar dari ekstremisme agama, terorisme dan separatisme di sebagian negara.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040