Kasus Arbitrasi Laut Tiongkok Selatan Adalah Banyolan Politik, Tidak Mempunyai Ikatan Hukum Apapun
  2016-05-09 13:13:04  CRI
Sejak Januari 2013, Filipina secara sepihak mengajukan arbitrasi mengenai Laut Tiongkok Selatan. Setelah pengadilan arbitrase mengeluarkan keputusan pada Oktober tahun lalu, media pada umumnya memperkirakan pengadilan akan memberi keputusan terakhir sebelum akhir Juni tahun ini. Dalam pertemuan tahunan 2016 Lembaga Undang-undang Internasional Tiongkok yang digelar di Universitas Jilin, kasus Laut Tiongkok Selatan kembali menjadi fokus perhatian. Wakil Direktur urusan perbatasan dan kelautan Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Xiao Jianguo dalam wawancara khusus dengan CRI menyatakan bahwa pendirian pemerintah Tiongkok adalah tidak menerima, tidak mengikuti, tidak mengakui, dan tidak melaksanakan keputusan arbitrasi. Pendirian pemerintah Tiongkok ini tidak akan berubah, dan mempunyai bukti hukum yang penuh, murni bertujuan untuk membela kedaulatan wilayah Tiongkok dan prinsip kesetaraan kedaulatan Negara, juga membela keutuhan dan kewenangan konvensi hukum laut.

Xiao Jianguo mengatakan, pengambilan pendirian Tiongkok dikarenakan Filipina secara sepihak mengajukan arbitrasi, ini telah menyalahgunakan prosedur penyelesaian sengketa dalam konvensi hukum laut. Sedangkan peradilan arbitrasi mengenai Laut Tiongkok Selatan yang didirikan atas permintaan Filipina juga memiliki kekurangan dalam hal legitimasi dan keadilan. Sikap Tiongkok yang tidak menerima dan tidak mengikuti arbitrasi justru adalah tindakan adil untuk membela hukum internasional.

Kini, pendirian Tiongkok ini sedang mendapat pemahaman dan respek dari semakin banyak Negara. Sekitar 20 negara menyatakan dukungan terhadap pendirian Tiongkok.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040