XINHUA: Pertemuan Puncak G7 akan diadakan di Jepang akhir bulan ini. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebelumnya mengunjungi sejumlah negara Eropa G7, untuk memperjuangkan dukungan dari negara-negara anggota G7 terhadap pernyataan Jepang yang akan dikemukakan dalam pertemuan puncak. Pengamat berpendapat, dilatarbelakangi oleh semakin menurunnya pengaruh G7 di dunia, Abe sangat sulit mencapai hasil substansial jika hanya ingin memperoleh keuntungan sendiri dengan memanfaatkan platform G7.
Jepang tahun ini akan menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak G7, dan Abe ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendeklarasikan kepemimpinan G7 termasuk Jepang di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Abe dalam kunjungannya ke Eropa mengeluarkan intrik terpadu, antara lain membahas masalah keamanan internasional, tantangan ekonomi dan masalah Laut Tiongkok Selatan. Abe mencoba mengupayakan dukungan dari masyarakat internasional khususnya Eropa, namun intriknya mungkin sulit terealisasi.
Periset Institut Riset Hubungan Internasional Modern Tiongkok Chen Fengyin berpendapat, kini terdapat perselisihan serius di internal G7, AS kini memfokuskan perhatiannya pada pemilu, sedangkan Uni Eropa dipusingkan dengan sejumlah masalah, seperti keluarnya Inggris dari Uni Eropa, krisis pengungsi, anti-terorisme dan lesunya ekonomi.
Pada masalah stimulasi pertumbuhan ekonomi global, terdapat perselisihan antara Jepang dan sejumlah negara Eropa. Dalam kunjungannya ke Eropa, Abe selalu membicarakan masalah stimulasi konsumsi dan pendorongan kebijakan fiskal yang positif.
Menghadapi "khotbah" Jepang itu, Jerman berulang kali menegaskan pihaknya telah melakukan upaya di bidang perbaikan ekonomi. Kanselir Jerman Merkel mengatakan, pada tahun ini, Jerman menerima sekitar satu juta pengungsi dan imigran, mendongkrak kebutuhan dalam negeri dan telah memberikan sumbangan kepada perkembangan ekonomi dunia. Jerman berpendapat, metode investasi, kebijakan anggaran belanja yang kuat dan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan harus dipadukan.
Sealin itu, Abe mendesak Inggris tetap berada dalam Uni Eropa, dan menyebut bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan mengakibatkan penurunan daya tarik Inggris sebagai destinasi investasi Jepang. Opini pihak Inggris menyatakan keraguan dan menegaskan bahwa Inggris tak perlu mendengarkan ajaran Jepang. Sejak Jepang menerapkan Ilmu Ekonomi Abe, perfoma ekonomi Jepang tidak lebih unggul dibandingkan Inggris.
Dikabarkan, Abe dalam kunjungannya ke Eropa berulang kali menyinggung masalah Laut Tiongkok Selatan kepada negara-negara yang dikunjungi. Para pakar menunjukkan, pada masalah Laut Tiongkok Selatan, Jepang adalah negara di luar kawasan, tapi ia terus mencampuri masalah itu. Analis berpendapat, pada masalah LTS, Abe mencoba mempropaganda negara-negara Eropa dengan ide hukum dan mengupayakan keuntungannya sendiri melalui platform G7. Tindakan tersebut mengancam perdamaian dan pembangunan Kawasan Asia Pasifik.