Selama KTT G-20, Presiden Tiongkok, Xi Jinping dalam keynote speechnya mengajukan "Rancangan Tiongkok" yang dapat memperbaiki ekonomi dunia baik dari permukaan maupun sampai akar-akarnya. Mengenai hal itu, Profesor Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Jona Widhagdo Putri dalam wawancara khususnya dengan CRI menyatakan, Indonesia akan mengkoneksikan "rancangan Tiongkok" dalam bidang ekonomi digital, ekonomi kreatif, ekonomi maritim dan ekonomi pendidikan, dalam rangka mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Tiongkok.
Jona Widhagdo Putri mengatakan, pengembangan ekonomi digital hendaknya diprioritaskan. Ia mengatakan, "Kota Hangzhou yang merupakan tempat diadakannya KTT G-20 adalah salah satu kota dengan ekonomi digital yang paling berkembang di Tiongkok. Presiden Indonesia, Joko Widodo pada hari pertama setibanya di Hangzhou sudah mengadakan kunjungan ke Markas Group Alibaba, dan mengadakan pertemuan dengan pimpinan perusahaan itu. Kami yakin bahwa ekonomi digital Indonesia pasti akan berkembang pesat dengan dorongan bersama Tiongkok dan Indonesia."
Mengenai ekonomi pendidikan, Jona Widhagdo Putri berpendapat, Tiongkok dan Indonesia sangat mementingkan kerja sama pendidikan dan komunikasi kebudayaan, kini mekanisme pertukaran tingkat tinggi antara masyarakat Tiongkok dan Indonesia telah dibentuk. Semakin banyak pelajar Indonesia mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Tiongkok, di antaranya banyak yang sudah kembali ke Indonesia dan memangku jabatan penting di pemerintah, perusahaan dan sekolah.
Selain ekonomi digital dan pendidikan, Jona Widhagdo Putri berpendapat pula bahwa kerja sama antara Indonesia dengan Tiongkok di bidang ekonomi kreatif, dapat dengan lebih baik menggali pesona kebudayaan Indonesia dan menguntungkan perkembangan UKM di Indonesia; sedangkan, ekonomi maritim merupakan titik pertemuan terbaik antara strategi "Poros Maritim Dunia" Indonesia dengan gagasan "Jalur Sutra Maritim Abad Ke-21" Tiongkok.
Jona Widhagdo Putri berpendapat, untuk lebih efektif mendorong Indonesia mengkoneksikan "Rancangan Tiongkok" di empat bidang tersebut, maka pertukaran personel dan komunikasi antar rakyat kedua negara perlu diperluas lagi, khususnya membina lebih banyak pejabat dan tenaga ahli Indonesia yang memahami Tiongkok, sehingga mereka dapat memainkan peranan yang lebih penting dalam kerja sama dengan Tiongkok. Inilah yang disebut "berorientasi pada manusia".