Dalam pidato yang disampaikan ketika menghadiri the fifth session of the 12th National People's Congress di Beijing pada tanggal 5 Maret 2017, Perdana Menteri Li Keqiang menyampaikan beberapa catatan penting keberhasilan yang telah dicapai oleh Pemerintahan Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jin Ping sepanjang tahun 2016, baik secara domestik maupun secara international. Ada beberapa hal yang sangat menarik, khususnya yang terkait dengan arah kebijakan luar negeri Tiongkok di tahun 2017 ini: Pertama, Perdana Menteri Li Keqiang menegaskan kembali komitmen Tiongkok untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di berbagai kawasan melalui skema One Belt and One Road Intitative. Hal ini dilakukan melalui pembangunan koridor-koridor ekonomi dan interkonektivitas pelabuhan-pelabuhan utama, serta kerja sama industri. Saat ini, sudah lebih dari 100 negara yang telah berpartisipasi dan mendukung One Belt and One Road Initiative. Dari jumlah tersebut, 40 negara diantaranya telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Tiongkok. Melalui skema One Belt and One Road, Tiongkok telah membangun 56 zona kerja sama ekonomi di 20 negara dengan total investasi mencapai USD 18 Milyar dan telah membuka lapangan pekerjaan untuk 160 ribu tenaga kerja. Kedua, Tiongkok akan lebih berperan aktif dalam mendorong kerja sama international, khususnya yang terkait dengan globalisasi ekonomi dan perdagangan. Selain itu, Tiongkok menginginkan agar kerja sama yang dilakukan tetap menitikberatkan pada prinsip saling menguntungkan bagi semua negara. Ketiga, dalam menghadapi fenomena global terkait ancaman aksi terorisme, Tiongkok berkomitmen untuk bekerja sama dengan organiasasi international untuk mencegah aksi tersebut terulang kembali. Komitmen Tiongkok untuk menjaga stabilitas dan perdamaian dunia juga akan tetap menjadi prioritas sebagaimana yang disampaikan oleh PM Li Keqiang dalam pidatonya.
Keberhasilan Tiongkok di bawah kepemimpin Presiden Xi Jinping sepanjang tahun 2016, khususnya yang terkait dengan kebijakan luar negeri Tiongkok, memperlihatkan beberapa hal. Pertama, Tiongkok telah berhasil meyakinkan dunia internasional bahwa komitmen untuk turut serta menjadi motor penggerak bagi roda perekonomian dunia telah dibuktikan melalui kerja sama ekonomi yang telah dilakukan dengan berbagai negara dan organisasi international, khususnya melalui skema One Belt and One Road Initiative. Kebijakan Tiongkok ini telah membantu banyak negara keluar dari krisis, terutama dalam menghadapi resesi ekonomi dunia yang sempat terjadi ditahun 2016. Kedua, keingingan untuk mendorong kerja sama internasional yang lebih terbuka, adil dan saling menguntungkan telah memperlihatkan keberpihakan Tiongkok kepada negara-negara dunia ketiga yang selama ini merasakan ketidakadilan akibat kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional yang lebih berpihak pada kepentingan negara-negara barat. Ketiga, sebagai salah satu negara yang memiliki Hak Veto di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, peran aktif Tiongkok sebagai pasukan perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa Bangsa, serta komitmen melawan terorisme global telah memberikan kontribusi positif dalam menjaga stabilitas keamanan dunia. Selain itu, sikap Tiongkok dalam menyikapi isu-isu krusial di Dewan Keamanan PBB menunjukan keinginan yang kuat untuk mengedepankan pendekatan dialog daripada penyelesaian dengan agresi militer sebagaimana yang selama ini dilakukan oleh PBB
Di tengah ketidakpastian mengenai arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump, serta kondisi Eropa yang saat ini sedang mengalami krisis, Pidato Perdana Menteri Li Keqiang terkait komitmen Tiongkok untuk terus berpartisipasi aktif dalam kerja sama internasional dalam bidang ekonomi, politik dan keamanan demi menciptakan kemakmuran bersama dan terpeliharanya stabilitas keamanan global telah memberikan harapan baru untuk menghindarkan dunia dari kemungkinan stagnasi ekonomi.
Yang menarik adalah Tiongkok telah berhasil (paling tidak sampai saat ini) menunjukan kepada dunia internasional bahwa ketakutan munculnya dampak negatif dari kebangkitan ekonominya tidak terbukti. Sebaliknya, apa yang telah dilakukan menunjukan bahwa kebangkitan ekonomi Tiongkok justru memberikan efek positif bagi negara-negara di berbagai kawasan dunia melalui kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. Semua pihak tentunya berharap bahwa Tiongkok akan terus memainkan peranannya dan konsisten memberikan kontribusi bagi terciptanya tatanan dunia yang lebih adil bagi generasi yang akan datang.
(penulis:Humprey Arnaldo Russel, Ph.D Candidate, School Of international and Public Affairs, Jilin University, Changchun, People's Republic Of China)