Forum Puncak Kerja Sama Internasional "Satu Sabuk Satu Jalan" akan diselenggarakan di Beijing pada 14 dan 15 Mei mendatang. Sejauh ini, sekitar 1200 perwakilan dari dunia internasional termasuk 20 lebih pemimpin negara, 50 lebih penanggung jawab organisasi internasional, dan 100 lebih pejabat asing setingkat menteri telah mengkonfirmasi akan menghadiri forum tersebut.
Sejak tahun 2008, pertumbuhan ekonomi melamban akibat krisis moneter internasional. Anggota Komite Akademi Ilmu Sosial Tiongkok Zhang Yunling menyatakan, konsumsi di negara-negara maju dan produksi di negara-negara berkembang sudah tidak dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi dunia. Ke depan,negara-negara berkembang hendaknya memperbaiki lingkungan pembangunan dan mewujudkan keseimbangan pembangunan. Inisiatif "Satu Sabuk Satu Jalan" justru diajukan untuk memecahkan masalah tersebut, juga bermanfaat untuk memperbaiki ketidakseimbangan dalam proses pembangunan dunia.
Selama 4 tahun ini, inisiatif "Satu Sabuk Satu Jalan" telah diterima secara umum sebagai sebuah pola pembangunan tipe baru yang memiliki 3 karakteristik, yaitu konsultasi bersama, pembangunan bersama dan penikmatan bersama. Zhang Yunling mengatakan, "Satu Sabuk Satu Jalan" telah beberapa kali dibicarakan dalam konferensi-konferensi PBB. Maka menurut dia, pembukaan forum kali ini adalah sebuah kesempatan yang sangat baik, karena gagasan ini bisa menguntungkan perkembangan ekonomi dunia, sehingga mendapatkan sambutan hangat dari para petinggi negara dan pakar dunia.
Zhang Yunling berpendapat, 'Satu Sabuk Satu Jalan' bukanlah merupakan sebuah proyek, tapi adalah semacam pola dan arah perkembangan yang baru.
Zhang mengatakan, pemerintah Tiongkok adalah pelopor dan juga pendorong gagasan "Satu Sabuk Satu Jalan". Tiongkok secara eksplisit mengajukan arah perkembangan dan prinsip mendasar gagasan tersebut. Arahnya adalah menggabungkan benua Eropa dengan benua Asia, sedangkan pola pembangunannya adalah konsultasi bersama, pembangunan bersama dan penikmatan bersama. Konektivitas antara laut dan darat di bawah kerangka "Satu Sabuk Satu Jalan" juga merupakan strategi keterbukaan yang lebih lanjut, Tiongkok dan kawasan lain di dunia harus merealisasi pembangunan bersama dengan gagasan tersebut.