Kemarin pagi (24/4), Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump mengadakan hubungan telpon mengenai situasi Semenanjung Korea dan masalah-masalah lain. Xi Jinping menekankan, pihak Tiongkok dengan tegas menentang segala perbuatan yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, sementara berharap agar berbagai pihak yang terkait menahan diri dan menghindarkan perbuatan yang mempergawat situasi Semenanjung Korea.
Mengenai masalah nuklir Semenanjung Korea, pendirian Tiongkok adalah konsekwen dan tegas, yaitu mempertahankan denuklirisasi Semenanjung Korea, mempertahankan dipeliharanya perdamaian dan stabilitas Semenanjung, berpendirian menyelesaikan masalah nuklir Semenanjung dengan pendekatan damai. Sikap terbaru pihak Tiongkok menyampaikan sejumlah informasi yang patut dipelajari berbagai pihak yang terkait.
Pertama, pihak Tiongkok titik panas masalah. Masalah nuklir Semenanjung Korea padahal adalah masalah keamanan dan juga masalah hubungan AS-Korut. Situasi di Semenanjung Korea sekarang amat pelik. Perang Korea sudah berlalu lebih dari 60 tahun, namun dua pihak yang terlibat dalam perang masih belum menandatangani persetujuan perdamaian dan ini tak pelak berarti kini masih berada dalam keadaan perang. Akan tetapi, karena kedua pihak AS dan Korut saling tidak percaya, ditambah campur-baurnya kepentingan berbagai pihak, perundingan pada pokoknya selalu terkandas.
Arah perkembangan masalah nuklir Semanjung Korea berkaitan erat dengan arah perkembangan hubungan AS-Korut. Akan tetapi, selalu ada orang yang menyerahkan tanggung-jawab kepada Tiongkok. Begitu situasi Semenanjung Korea menjadi tegang, pasti ada orang yang mengatakan bahwa itulah tanggung-jawab Tiongkok. Itu ternyata dengan sengaja mengalihkan focus perhatian dan memutar-balikkan fakta, dan ini tidak menguntungkan penyelesaian masalah.
Kedua, kuncinya penyelesaian masalah nuklir Semenanjung Korea bukan di tangan pihak Tiongkok, melainkan di tangan AS dan Korut. Pihak Tiongkok bebagai negara besar yang bertanggung-jawab dalam beberapa tahun ini terus melakukan upaya gigih demi memelihara perdamaian dan stabilitas Semenanjung. Tiongkok tidak saja mensponsori pembicaraan enam pihak dan juga berdasarkan perkembangan situasi Semenanjung mengemukakan jalan pemikiran "dua rel sejajar" yaitu mempertahankan pertukaran denuklirisasi Semenanjung dengan mekanisme perundingan damai dan prakarsa "dua penghentian sementara", yaitu Korut menghentikan untuk sementara kegiatan nuklir dan rudal, dan AS dan Korsel menghentikan untuk sementara latihan militer besar-besaran.
Situasi Semenanjung sekarang ini rumit dan sensitif. Pada saat kritis ini, dibutuhkan akal sehat bukan tindakan semau-maunya, dibutuhkan perdamaian bukan kekuatan bersenjata.