Upacara perayaan 50 tahun berdirinya ASEAN digelar pada tanggal 8 Agustus tahun 2017. Pakar Tiongkok untuk masalah ASEAN berpendapat, 2017 merupakan salah satu tahun yang penting dalam sejarah pembangunan ASEAN. Pada umumnya, kawasan Asia Tenggara relatif stabil dan dianggap sebagai daerah yang cukup stabil jika dilihat dari lingkungan ekonomi dan politik global. Di bidang tata kelola negara, ASEAN juga lebih berhasil jika dibandingkan dengan daerah lainnya.
Profesor Zhai Kun dari Akademi Hubungan Internasional Universitas Peking memberi penilaian tinggi atas prestasi ASEAN selama 50 tahun ini."2017 merupakan tahun yang penting bagi ASEAN. Pertama, tahun lalu bertepatan dengan ulang tahun ke-50 berdirinya ASEAN. Selama 50 tahun ini, tidak terjadi perang di antara para anggota ASEAN. Kedua, ekonomi di kawasan itu bertumbuh pesat. Ketiga, taraf kehidupan rakyat meningkat. Keempat, kerja sama Asia Timur yang dipimpin oleh ASEAN telah membentuk sebuah kerangka regional yang menjadikan ASEAN sebagai pusatnya. Tahun 2017, ASEAN juga mengadakan kegiatan perayaan ulang tahun ke-50, secara lebih lanjut mengukuhkan keketapan hati dan langkah untuk membentuk Komunitas ASEAN. Karena itu, tahun 2017 boleh disebut sebagai sebuah tahun yang penting bagi ASEAN," demikian dikatakan Profesor Zhai.
Wakil Ketua Institut Asia Selatan dan Asia Tenggara di Balai Riset Hubungan Internasional Modern Tiongkok, Zhang Xuegang berpendapat, stabil, berkembang dan bekerja sama merupakan kata kunci di kawasan Asia Tenggara sepanjang tahun 2017. "Bidang politik pada umumnya stabil. Pemerintah baru Filipina, Myanmar, Vietnam dan Laos baru saja memegang kekuasaan pemerintahan pada tahun 2016 lalu, dan pada tahun 2017, mereka mengupayakan kestabilan dalam penyelenggaraan negara. Pemerintah Rodrigo Duterte mendorong kampanye anti-narkoba, pemberantasan terorisme dan mengembangkan ekonomi, meskipun organisasi teror pernah menduduki Kota Marawi, tapi akhirnya direbut kembali oleh tentara pemerintah. Pemerintah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi telah mengadakan Pertemuan Panglong Abad 21 ke-2, memelihara hubungan yang cukup harmonis dengan pihak militer, tapi terlibat dalam bentrokan mengenai masalah etnis dan agama di Rakhine, sehingga mengundang perhatian masyarakat internasional. Vietnam dan Laos sebagai negara sosialis terus mengupayakan reformasi, pembangunan dan kestabilan. Sementara itu, Malaysia, Kamboja, Thailand dan Indonesia akan mengadakan pemilihan umum pada tahun ini dan tahun depan, sehingga nuansa persaingan antar berbagai partai politik mulai memanas. Di Singapura, terjadi sengketa internal dalam keluarga Lee Kuan Yew, peristiwa itu menunjukkan bahwa Singapura sedang melewati masa pertimbangan dan penyesuaian kembali mengenai ide pengelolaan negara pasca era Lee Kuan Yew, mereka ingin mengupayakan keseimbangan kembali antara ide pemerintahan Timur dan Barat.
Zhang Xuegang berpendapat, ekonomi di seluruh kawasan Asia Tenggara terus membaik. Dikatakannya, investasi perdagangan di Asia Tenggara tahun lalu cukup kuat, industri manufaktur terus membaik, pasar saham dan kurs terus mengalami penguatan secara moderat, konsumsi individu juga terus meningkat. Pemerintah berbagai negara telah berturut-turut mengambil tindakan untuk menggenjot pembangunan infrastruktur, memudahkan investasi perusahaan asing, serta mendorong konsumsi dan kredit.
Berbicara mengenai perkembangan ASEAN pada tahun 2018, Zhai Kun berpendapat ASEAN akan meningkatkan kerja sama secara lebih lanjut. "Tahun 2018 merupakan tahun ke-51 bagi ASEAN. ASEAN ingin berkembang menjadi lebih baik dalam 50 tahun ke depan. Makanya, ASEAN sedang meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, keamanan dan sosial. Tahun depan, ASEAN akan meningkatkan lebih lanjut komunikasi antara petinggi negara dalam rangka membahas topik penting. Selain itu, ASEAN akan meningkatkan pula pertukaran antar masyarakat agar rakyat berbagai negara ASEAN mempunyai rasa identitas yang lebih kuat terhadap ASEAN. ASEAN hendaknya melakukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kerja sama regional. Selain itu, negara-negara ASEAN mementingkan pula kerja sama di bidang pemberantasan terorisme, karena kekuatan teror di Timur Tengah mulai berinfiltrasi ke berbagai tempat di dunia. Ketika kekuatan teror memasuki daerah Asia Tenggara, berbagai negara di Asia Tenggara harus meningkatkan kerja sama anti terorisme, misalnya, melakukan pertukaran informasi yang diperlukan, serta melakukan patroli dan penegakan hukum gabungan.