Sebagai kawasan perdagangan terbesar ke-3 di dunia, Kawasan Perdagangan BebasTiongkok-ASEAN (CAFTA) yang didirikan pada 1 Januari 2010 menandakan kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok-ASEAN telah memasuki tahap sejarah yang baru. Terhitung hingga 2017, meski volume perdagangan Tiongkok-ASEAN mencapai US$ 514 miliar, namun tetap terdapat sejumlah masalah pada ACFTA, termasuk struktur yang tidak seimbang, momentum pertumbuhan yang kurang kuat, hambatan perdagangan non-tarif, peningkatan gesekan perdagangan dan peredaran pasar yang kurang lancar, sehingga menyebabkan lemahnya fasilitasi perdagangan antar Tiongkok dengan ASEAN. Untuk itu, Anggota Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat (MPPR) Tiongkok Xia Fei, selaku Rektor Universitas Keuangan dan Ekonomi Guangxi menyarankan agar fasilitasi perdagangan antara Tiongkok dan ASEAN ditingkatkan secara besar-besaran.
Xia Fei berpendapat, melalui pembentukan CAFTA versi upgrade, dan menjadikannya sebagai zona uji coba kerja sama internasional di dalam kerangka "Satu Sabuk Satu Jalan", akan berperan penting dalam mendorong kemitraan strategis Tiongkok-ASEAN melangkah ke tahap perkembangan yang baru. Anggota MPPR tersebut menyarankan agar Tiongkok-ASEAN meningkatkan kerja sama kapasitas produksi, membentuk mata rantai produksi yang dipartisipasi oleh banyak negara, mendorong pergerakan faktor produksi secara dua arah di kawasan ini, dan membentuk zona uji coba E-Bisnis lintas negara (Teluk Beibu) Tiongkok-ASEAN.