Tuduhan Pihak AS mengenai Peralihan Teknologi dan HaKI di Tiongkok Tak Beralasan
  2018-04-09 12:17:47  CRI

Dikarenakan provokasi berulang kali dari pihak AS, pergesekan perdagangan Tiongkok-AS belakangan ini terus meningkat. Berdasarkan hasil "investigasi 301", AS memfitnah pemerintah Tiongkok memaksakan peralihan teknologi. Beberapa pakar keuangan dalam wawancara dengan wartawan CRI menyatakan, tuduhan pihak AS tersebut sama sekali tidak memiliki bukti. Peralihan teknologi antara perusahaan Tiongkok dan AS adalah transaksi sukarela, dan perusahaan AS memperoleh keuntungan sangat besar dalam hubungan kerja sama dengan perusahaan Tiongkok. Para pakar berpendapat, penambahan tarif bea masuk yang diskriminatif terhadap Tiongkok itu sama saja dengan melanggar komitmen AS dalam WTO dan secara langsung melanggar prinsip pokok WTO.

Para pakar keuangan Tiongkok mencatat, tudukan pihak AS dalam laporan "investigasi 301" di bidang peralihan teknologi, HaKI dan inovasi itu tidak memiliki bukti apapun. AS menyalahkan komoditas dagang negara-negara lain hanya dengan berdasarkan pada sumber yang sangat tidak jelas. Mereka berpendapat bahwa tuduhan-tuduhan AS itu merupakan wujud tipikal dari unilateralisme dan proteksionisme perdagangan.

Kepala Kantor Riset Amerika dan Oceania Kementerian Perdagangan Tiongkok Li Weiqiang mengatakan, tidak ada Undang-Undang apapun di Tiongkok yang memperbolehkan peralihan teknologi secara paksa, prakteknya dilakukan secara independen antara perusahaan dan pemerintah Tiongkok sama sekali tidak berkaitan dengan hal ini. Pada kenyataannya, menurut statistik Kantor Kekayaan Intelektual Negara Tiongkok, pada tahun 2017, AS totalnya memperoleh 23.679 hak paten dari Tiongkok, di antaranya Perusahaan Qualcomm asal AS merupakan perusahaan asing yang paling banyak memperoleh hak paten Tiongkok pada tahun lalu.

Menghadapi kenyataan tersebut, pihak AS malah mamanfaatkan hasil "investigasi 301" untuk menuduh Tiongkok memberikan tekanan kepada perusahaan AS melalui pembatasan hak saham dan prosedur pengesahan demi memaksa peralihan teknologi. Berkenaan hal itu, Profesor Cui Fan dari Universitas Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Tiongkok mengatakan, ini tergolong kerja sama antara perusahaan dan praktik komersial.

Ia mengatakan, perusahaan AS yang memasuki Tiongkok harus menyertakan perusahaan lokal jika ingin membentuk perusahaan modal patungan. Dalam konsultasi bisnis dengan pihak Tiongkok, kedua pihak akan berunding mengenai distribuksi hak saham dan pembagian teknologi secara bersama. Ini adalah praktik bisnis.

Akan tetapi, pihak AS baru-baru ini mengumumkan pengenaan tarif bea masuk senilai 50 miliar dolar Amerika terhadap produk impor dari Tiongkok, dan tengah mempertimbangkan untuk menambah lagi tarif bea masuk senilai 100 miliar dolar Amerika terhadap komoditas dari Tiongkok. Profesor Cui berpendapat, langkah tersebut merupakan pelanggaran komitmen AS dalam WTO.

Wakil Direktur Institut Penelitian Ekonomi Makro Tiongkok Bi Jiyao berpendapat, di saat pihak AS menuduh Tiongkok tanpa alasan, perusahaan AS malah menikmati keuntungan besar dari pasar Tiongkok.

Ia mengatakan, perusahaan AS memperoleh keuntungan besar dalam investasi dan patungan modal di Tiongkok. Baik patungan modal, investasi, maupun penelitian dan pengembangan bersama, semuanya merupakan praktik bisnis antara kedua pihak. Jika tidak ada keuntungan, perusahaan AS tak mungkin datang di Tiongkok.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040