Beijing - 7 April 2018- "Era globalisasi saat ini ditandai dengan berbagai kecangihan teknologi yang diharapkan akan semakin mempermudah kehidupan manusia. Tantangan yang ada perlu disikapi sebagai peluang untuk maju dengan memiliki karakter yang inovatif dan kompetitif. Saat mata dunia tertuju kepada Tiongkok yang digerakkan oleh wiraswasta yang siap membentuk masa depan teknologi dunia, Indonesia pasti mampu menjadi bangsa dengan kekuatan global, menjadi negara berbasis ekonomi terbesar di Asia Pasifik". Demikian sambutan Ibu Listyowati selaku Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Beijing saat membuka seminar start-up digital Indonesia bertajuk "Unplugged" yang dihadiri oleh hampir 200 mahasiswa Indonesia di Beijing.
Seminar yang ini diadakan oleh Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Tiongkok (PERMIT) Cabang Beijing dan didukung oleh KBRI Beijing, telah menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara dalam perbincangan singkat melalui sambungan video call, serta pembicara kunci, Bapak Yansen Kamto - Chief Executive KIBAR, pendiri start-up ecosystem di Indonesia.
Menkominfo menyampaikan target Ekonomi Digital Indonesia sebesar USD 130 miliar pada tahun 2020. Pemerintah tengah melakukan berbagai upaya untuk mencapai target tersebut, antara lain dengan mengembangkan talenta masyarakat Indonesia, memfasilitasi pendanaan start-up, menerapkan regulasi pajak yang kondusif, consumer education dalam upaya perlindungan konsumen, menghadirkan logistik yang mendukung konektivitas, menjaga keamanan dunia Cyber, dan mempercepat pembangunan infrastruktur ICT.
Bapak Yansen Kamto adalah tokoh technopreneur yang bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk Gerakan Nasional 1000 Start-Ups Digital tahun 2020. Gerakan tersebut merupakan upaya untuk menghadirkan solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.
Saat ini terdapat 200 start-ups yang masuk tahap inkubasi dan pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk mencapai target yang ditetapkan. Peluang usaha di bidang ekonomi digital masih sangat terbuka lebar, dengan enam sektor yang berpeluang besar untuk dikembangkan, antara lain pertanian, pendidikan, kesehatan, logistik, energi, dan pariwisata sebagai perbandingan. Ekonomi digital di Tiongkok, telah menghasilkan 200 miliar dolar AS, sedangkan Indonesia baru mencatat hasil 81 miliar dolar AS.
Selain menjadi wadah untuk membahas perkembangan inovasi dunia, Tiongkok, dan Indonesia, seminar "Unplugged" kali ini merupakan kesempatan yang dimanfaatkan untuk menjaring ide para peserta demi mewujudkan potensi para generasi muda Indonesia untuk menjadi pemimpin digital di Asia. Sebanyak 12 ide dari peserta yang hadir akan ditindaklanjuti untuk masuk pada tahap workshop selanjutnya.