Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian
Tiongkok dan Indonesia adalah tetangga dekat yang bersahabat dengan berhadap-hadapan di kedua tepi laut. Pada 2.000 tahun yang silam, sebuah armada niaga yang penuh muatan berlayar dari pantai tenggara Tiongkok dan mulai menempuh jalan sutra maritim yang kuno, membuka sejarah kontak persahabatan antara rakyat Tiongkok dengan Indonesia. Fa Xian dan Yi Jing sebagai biksu luhur pada zaman kuno Tiongkok mengadakan pertukaran keagamaan Budha dengan menyusuri jalan sutra jauh ke Sumatra. Pelayar terkenal Tiongkok Cheng Ho tujuh kali berlayar ke laut tenggara, berkunjung ke Jawa, Sumatra dan Kalimantan dengan meninggalkan kisah yang menarik. Dalam perjalanan ulang alik berbagai armada, kedua negara tidak saja selesai bertukar komoditas, sekaligus bertukar seni budaya.
Indonesia tidak saja merupakan pusat penting dalam jalan sutra maritim pada zaman kuno, tetapi juga merupakan "Jalan Sutra Maritim Abad Ke-21". Pada tahun 2013, Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pidatonya di Parlemen Indonesia pertama kali mengemukakan proposal pembangunan bersama "Jalan Sutra Maritim Abad Ke-21". Sebagai negara terbesar dalam ASEAN, volume total wilayah, populasi dan ekonomi Indonesia mencapai 40% dari pada 10 anggota ASEAN, menempati urutan penting dalam perekonomian kawasan bahkan dunia. Tiongkok dan Indonesia tergolong negara besar berkembang, menghadapi tugas yang sama dalam mengembangkan ekonomi dan memperbaiki kehidupan rakyat, kedua negara berpotensi untuk saling mengisi di bidang-bidang infrastruktur, kapasitas produksi dan moneter, dapat dikatakan sebagai mitra kerja sama yang alamiah. Selama tahun-tahun belakangan ini, di bawah pimpinan Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo, Tiongkok dan Indonesia mengutamakan penyambungan strategi "Jalan Sutra Maritim Abad Ke-21" dan "Titik Penyangga Maritim Global", secara keseluruhan memperdalam dan memperluas kerja sama pragmatis dan pertukaran yang bersahabat di berbagai bidang, mendorong hubungan kedua negara terus melangkah ke tahap yang baru.
Kedua negara memelihara kunjungan timbal balik pada lapisan tinggi, terus meningkatkan saling percaya politik. Presiden Joko Widodo lima kali berkunjung ke Tiongkok dalam kurun waktu tiga tahun, enam kali mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping. Khususnya pada tahun lalu, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Tiongkok untuk menghadiri Forum Tingkat Tinggi Kerja Sama Internasional "Satu Sabuk Satu Jalan", pemimpin kedua negara mencapai kesepahaman penting mengenai penyambungan sepenuhnya strategi perkembangan dan peningkatan kerja sama pragmatis. Kedua negara telah membentuk mekanisme kerja sama dan dialog di berbagai lapisan dan berbagai bidang, timbul momentum baik perkembangan hubungan bilateral.
Hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara menjadi lebih erat, kerja sama pragmatis meningkat mantap. Pada tahun 2017, nilai perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia mencapai US$ 63,3 miliar, naik 18,3% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, di antaranya ekspor Indonesia ke Tiongkok meningkat 33%, perdagangan bilateral berkembang stabil. Investasi Tiongkok di Indonesia mencapai US$ 3,4 miliar, lebih dari 30% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, Indonesia sudah menjadi salah satu dari 10 tempat tujuan bagi perusahaan Tiongkok di luar negeri. Serangkaian proyek kerja sama antara lain Jalan Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami kemajuan mantap, sementara timbul pula sejumlah energi bergerak yang baru dalam kerja sama kedua negara di bidang-bidang infrastruktur, kapasitas produksi dan ekonomi digital.
Kunjungan personel antara kedua negara semakin erat, pertukaran masyarakat semakin aktif, saling pengertian semakin mendalam. Pada tahun 2017, jumlah turis Tiongkok ke Indonesia mencapai 2,06 juta, bertambah 275% dibandingkan dengan tahun 2013, menjadi negara sumber turis yang terbesar bagi Indonesia. Selain berpariwisata ke Pulau Bali, berbagai pulau lainnya antara lain Manado, Lombok dan Raja Ampat juga telah menjadi tempat tujuan favorit yang baru bagi turis Tiongkok. Jumlah siswa Indonesia yang melanjutkan studi di Tiongkok melampaui 14 ribu, Tiongkok telah menjadi tempat tujuan terbesar kedua bagi siswa Indonesia untuk melanjutkan studi. Sepasang panda Tiongkok "Cai Tao" dan "Hu Chun" sudah menetap di Indonesia, sebagai sebuah jembatan persahabatan yang dibangun antara rakyat kedua negara.
Kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia dalam kerangka "satu sabuk satu jalan" mencapai keberhasilan besar, secara hidup memperlihatkan watak saling menguntungkan dan menang bersama yang dianjurkan oleh "satu sabuk satu jalan" dan vitalitas yang kuat. Selama lima tahun terakhir ini, proposal "satu sabuk satu jalan" mempertahankan prinsip konsultasi bersama, pembangunan bersama dan pembagian bersama, menyumbangkan model dan konsep yang baru bagi kerja sama ekonomi internasional, menginjeksi daya penggerak kuat bagi perkembangan globalisasi putaran baru. Sebagai platform kerja sama internasional yang terbuka, transparan dan toleransi, proposal "satu sabuk satu jalan" tidak mengusahakan perebutan geologi dan tidak ditujukan terhadap negara manapun, membantu pembangunan negara-negara sepanjang jalan dengan menfokuskan masalah fundamental pembangunan, meningkatkan kemampuan pembangunan pribadi, merealisasi perkembangan berkelanjutan secara mandiri, sehingga mendapat sambutan luas negara-negara sepanjang jalan, termasuk Indonesia serta masyarakat internasional. Dalam Forum Tingkat Tinggi Kerja Sama Internasional "Satu Sabuk Satu Jalan", Presiden Joko Widodo mengajukan proposal baru tentang kerja sama "koridor ekonomi komprehensif regional", berharap menjadikannya sebagai proyek pertanda yang baru bagi penyambungan kerja sama strategis perkembangan.
Sidang Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-19 yang diselenggarakan pada akhir tahun lalu telah menggambarkan perkembangan Tiongkok di masa depan, menandakan bahwa Tiongkok telah memasuki era baru, sedangkan hubungan antara Tiongkok dan Indonesia juga menghadapi peluang baru. "Kebahagiaan berasal dari perjuangan". Baik pembangunan "satu sabuk satu jalan", maupun penyambungan strategi perkembangan antara kedua negara, diperlukan semangat perjuangan keras untuk mengubah gambar biru menjadi realitas. Ke depan pihak Tiongkok akan bersama dengan pihak Indonesia, berjuang bersama, menerapkan kesepahaman penting yang dicapai oleh pemimpin kedua negara, mendorong pembangunan proyek jalan kereta cepat Jakarta-Bandung, mengadakan kontak terkait proposal kerja sama "koridor ekonomi komprehensif regional", menjajaki titik berat kerja sama, gagasan dan model, menambah titik cerah yang baru dalam kerja sama kedua negara di bawah kerangka "satu sabuk satu jalan".
Hubungan Tiongkok dan Indonesia pasti akan berlayar terus, menuju hari depan yang lebih indah dan cemerlang di bawah upaya bersama kedua pihak.