Dana Moneter Internasional (IMF) Selasa kemarin (17/4) merilis World Economic Outlook edisi baru, di mana IMF menyebut bahwa laju pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang 2017 mencapai 3,8 persen, yang merupakan lalu terpesat dalam 7 tahun terakhir. Laporan tersebut memprediksi laju pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2018 dan 2019 akan mencapai 3,9 persen, atau sama dengan prediksinya pada Januari lalu.
Kepala Ekonom IMF, Maurice Obstfeld kemarin memberikan sikap positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dunia saat ini. Dalam laporannya, IMF berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang kontinu dan kuat di zona Euro, Jepang, Tiongkok dan AS beserta meningkatnya investasi, khususnya perdagangan telah ikut mendorong pemulihan ekonomi dunia. Laporan tersebut tetap bertahan pada prediksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk tahun ini dan tahun depan, yakni sekitar 6,6 dan 6,4 persen. Laporan memprediksi pertumbuhan ekonomi AS sepanjang 2018 dan 2019 masing-masing pada level 2,9 dan 2,7 persen. Sedangkan untuk Zona Euro, laporan terbaru IMF memprediksi pertumbuhannya sebesar 2,4 persen untuk tahun ini, tapi tetap mempertahankan prediksi sebelumnya untuk tahun depan, yakni sebesar 2 persen.
Obstfeld dalam pidato pembukaannya kemarin menyebutkan adanya keadaan yang tidak harmonis, yang terutama ditujukan pada ketegangan situasi perdagangan yang terjadi antara beberapa kekuatan ekonomi utama.
"Akhir-akhir ini ketegangan situasi perdagangan terus meningkat, dan hal ini berawal dari bulan Maret setelah AS mengumumkan keputusan untuk mengenakan bea masuk terhadap produk impor gilingan baja dan aluminium dengan alasan keamanan nasional. Hal ini memicu sejumlah perundingan bilateral yang bertujuan untuk memperkecil defisit perdagangan AS dengan berbagai mitra dagangnya. Akan tetapi, tindakan-tindakan tersebut akan sulit mengubah defisit transaksi berjalan atau current account defisit AS. Sebab utama yang mengakibatkan defisit tersebut adalah belanja fiskal AS selalu melampaui pendapatannya. Akan tetapi, kebijakan fiskal yang diambil AS belum lama ini justru akan memperluas defisit transaksi berjalan dirinya sendiri." Demikian dikatakan Maurice Obstfeld.
IMF memprakirakan defisit transaksi berjalan AS pada 2019 akan membengkak sampai US$ 150 miliar. Obstfeld mengimbau berbagai negara mengambil jalur multilateral untuk menghindari terjadinya perang dagang. Dia menegaskan bahwa perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang, dan hanya kerangka multilateral yang bisa menyelesaikan persengketaan, dan secara efektif meningkatkan perdagangan yang lebih terbuka.