Tiongkok dan India sama-sama merupakan emerging economy yang memiliki populasi paling besar di dunia denga laju pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat. Kini, keduanya tengah menghadapi tugas utama untuk mendorong perkembangan ekonomi. Selama beberapa tahun ini, hubungan tingkat tinggi kedua negara semakin erat, dan mekanisme komunikasi dan dialog juga terus dipromosikan. Baru-baru ini dikabarkan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi akan mengadakan pertemuan informal di Kota Wuhan Provinsi Hebei pada tanggal 27 dan 28 April mendatang. Sebelumnya, pemimpin kedua negara telah berkali-kali mengadakan pertemuan dan mencapai kesepakatan di berbagai bidang.
Meski hubungan kedua negara kadang-kadang juga menemui hambatan, namun interaksi antara kedua pihak berangsur-angsur pulih berkat upaya bersama. Doktor Ren Jie dari Institut Asia Selatan Universitas Sichuan dalam wawancara dengan wartawan CRI menyatakan dirinya optimis terhadap kerja sama ekonomi dan dagang Tiongkok-India. Ia mengatakan, situasi baru ekonomi dan dagang Tiongkok-India kini sangat menggembirakan dan prospeknya sangat menjanjikan. Perdagangan bilateral Tiongkok-India sejak abad ini mengalami pertumbuhan pesat, yakni tumbuh dari di bawah 2 miliar dolar Amerika pada awal abad ini hingga mencapai 84,54 miliar dolar Amerika pada tahun lalu, yang berarti naik 40 kali lipat. Khususnya volume perdagangan tahun 2017 naik 21,4 persen dibandingkan tahun 2016 dan tak terpengaruh oleh iklim politik kedua negara. Tiongkok merupakan sumber impor terbesar dan negara tujuan ekspor terbesar keempat bagi India. Sejak tahun 2018, perdagangan bilateral Tiongkok-India terus mempertahankan momentum perkembangan pesat, di mana volume ekspor-impor komoditas pada Januari lalu naik 26,3 persen. Kalau momentum tersebut dapat dipertahankan, maka volume perdagangan kedua negara pada tahun ini berkemungkinan besar menembus angka 100 miliar dolar Amerika.
Menyinggung potensi kerja sama Tiongkok-India, Doktor Ren Jie menyatakan, Tiongkok dan India merupakan pasar besar dengan populasi total mencapai 2,5 miliar jiwa, sehingga 100 miliar dolar Amerika tidak dapat sepenuhnya menunjukkan potensi kerja sama ekonomi dan dagang kedua negara. Ke depan, perusahaan Tiongkok memiliki ruang yang besar di sektor infrastruktur, energi dan ekonomi hijau di India, sedangkan produk-produk India termasuk produk pertanian, obat-obatan dan produk IT India juga akan menemukan pasarnya di Tiongkok.
Sementara itu, hubungan ekonomi dan dagang kedua negara tak saja termanifestasi pada angka yang terus menanjak, tapi juga termanifestasi pada sinergi strategi kedua pihak. Kini, Tiongkok tengah mendorong kemajuan program "Made in China 2025", sedangkan pemerintah Modi juga mengambil berbagai langkah penting antara lain "Made in India" dan "Digital India".
Xi Jinping dalam laporan Kongres PKT ke-19 mengemukakan target untuk membangun Tiongkok menjadi negara sosialis modern yang kuat, perkasa, demokratis, maju secara kultural, harmonis dan indah pada pertengahan abad ini, sedangkan pemerintah Modi juga mengemukakan pembangunan "India yang mulia" pada ulang tahun kemerdekaan India yang ke-100 pada tahun 2047. "Impian Tiongkok" dan "Impian India" merupakan harapan bersama rakyat kedua negara.
Tiongkok dan India sama-sama mengusulkan sistem internasional yang terbuka dan inklusif, serta mendukung demokratisasi hubungan internasional dan multilateralisme. Kedua negara ingin memelihara perdamaian, kemakmuran dan stabilitas kawasan, serta mencurahkan tenaga dalam ekonomi dunia yang terbuka. Ren Jie berpendapat bahwa globalisasi tengah menghadapi tantangan besar saat ini, Tiongkok dan India hendaknya bergandengan tangan dan memainkan peranan yang lebih besar dalam memelihara tata tertib perdagangan dunia dan mendorong globalisasi.