Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-32 digelar Singapura selama 4 hari, yakni dari tanggal 25 hingga 28 April.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memimpin KTT Pemimpin ASEAN dan mengadakan jumpa pers usai KTT tersebut. Sementara itu, menteri luar negeri dan menteri perdagangan Singapura secara terpisah memimpin pertemuan Dewan Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN dan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Semua pemimpin negara anggota ASEAN tampak hadir dalam KTT kali ini, kecuali Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak. 28 April merupakan hari pendaftaran diri kandidat peserta pemilu Malaysia, maka menurut hukum, perdana menteri dan para anggota kabinet Malaysia, selaku anggota parlemen Malaysia, berkewajiban melaporkan diri ke distrik pemilihan masing-masing. Oleh karena itu, mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Musa bin Hitam dipercayakan pemerintah Malaysia untuk menghadiri KTT ASEAN kali ini. Selain itu, Menteri Senior yang juga Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi juga absen karena urusan dalam negeri, dan delegasi Myanmar dipimpin oleh Presiden Myanmar Win Myint.
Menurut pernyataan yang diumumkan kementrian luar negeri Singapura, Tema KTT ASEAN tersebut adalah 'Building Resilience and Innovated ASEAN' atau membangun ASEAN yang tangguh dan inovatif. Para hadirin akan membahas dan bertukar pendapat mengenai tantangan dan peluang serta situasi regional maupun internasional yang dihadapi ASEAN.
Menurut laporan media Singapura, selain akan mengeluarkan Pernyataan Ketua, KTT kali ini juga akan mengumumkan 3 dokumen, masing-masing mengenai prospek ASEAN, rencana pembangunan "Smart City" dan komitmen untuk meningkatkan kerja sama internet. Saat ini 10 anggota ASEAN telah mengeluarkan rencana tahap awal, 26 kota di ASEAN telah memiliki kerangka perkembangan, untuk bersama-sama mewujudkan target "Smart City". Pembangunan "Smart City" pun sudah lama diupayakan di Singapura.
Kepada media lokal, diplomat senior Singapura Ong Keng Yong menyatakan bahwa para pemimpin ASEAN akan mencapai kesepakatan mengenai persetujuan hubungan kemitraan ekonomi komprehensif regional (RCEP). Dinyatakannya bahwa pembentukan RECP ini bakal mengeluarkan satu sinyal positif kepada pasar internasional, khususnya pada saat ini dimana dunia tengah menghadapi fenomena proteksionisme perdagangan AS.