Beberapa tahun belakangan ini, komunikasi dan kerja sama antar masyarakat Indonesia dan Tiongkok sedang berkembang dan mencapai prestasi yang luar biasa, serta menjadi sorotan dalam hubungan bilateral. Demikian dikatakan oleh Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun dalam sebuah wawancara khusus di Jakarta belakangan ini.
Djauhari Oratmangun mengatakan, kini telah terdapat 14 ribu pelajar Indonesia yang belajar di Tiongkok, sedangkan di Indonesia juga terdapat banyak pelajar Tiongkok. Dengan mempertimbangkan populasi kedua negara ini, potensi kerja sama kedua negara di bidang pendidikan sangat besar. Selama masa jabatannya, Djauhari akan berupaya meningkatkan jumlah pelajar Tiongkok untuk belajar ke Indonesia, begitu juga sebaliknya, serta dengan sekuat tenaga mendorong dialog dan komunikasi antar media kedua negara. Dia yakin bahwa para pemuda yang mengenal kebudayaan kedua negara akan menjadi utusan persahabatan kedua negara, dan memberikan kontribusi demi perkembangan lebih lanjut hubungan kedua negara.
Sejak tahun 2015, Tiongkok dan Indonesia telah mendirikan mekanisme pertukaran antar masyarakat tingkat wakil perdana menteri secara resmi, setelahnya, pertukaran antar masyarakat kedua negara terus diperluas. Sejak tahun 2016, Tiongkok selama dua tahun berturut-turut telah menjadi negara sumber wisatawan internasional terbesar bagi Indonesia. Pada bulan November tahun lalu, kedua negara secara resmi menjalankan penelitian kerja sama perlindungan terhadap Panda. Selain itu, dengan dorongan 6 Akademi Konfusius di Indonesia, semakin banyak masyarakat Indonesia yang tertarik pada budaya Tiongkok, jumlah pelajar Indonesia yang belajar bahasa Mandarin dan mengikuti ujian standar internasional bahasa Mandarin pun terus meningkat.
Djauhari pernah mengunjungi Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, Changsha dan kota-kota lainnya berkali-kali. Dia mencintai budaya Tiongkok yang bersejarah lama dan beraneka ragam. Kehangatan dan keramahan masyarakat Tiongkok, serta infrakstruturnya yang sempurna memberikan kesan yang mendalam baginya.
Djauhari yang pernah banyak kali naik kereta api supercepat dari Beijing ke Shanghai dan Guangzhou mengatakan, kereta api Tiongkok trend dan aman.
Djauhari optimis terhadap prospek perkembangan Tiongkok. Ia mengatakan, lembaga penelitian internasional secara umum memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik akan memimpin dunia, Tiongkok akan terus menjadi kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan regional dan internasional. Sebagai Negara penting di Asia Pasifik, Indonesia dan Tiongkok dapat saling mendukung dan meningkatkan kerja sama dalam kerangka KTT Asia Timur dan APEC, dengan demikian dapat memelihara perdamaian dan kestabilan kawasan ini, serta mendorong kemakmuran dan kemajuan kawasan ini.
Dikatakannya, Tiongkok adalah mitra perdagangan terbesar dan negara sumber investasi penting bagi Indonesia. Hubungan bilateral yang akrab dan bersahabat memberi peluang untuk bekerja sama di berbagai bidang. Kedua negara hendaknya mempertahankan situasi yang baik ini agar dapat menyejahterakan rakyat kedua negara.
Menanggapi pembangunan Satu Sabuk Satu Jalan, Djauhari berpendapat bahwa potensi kerja sama kedua negara dalam kerangka ini sangat besar. Dia menganggap, perkembangan di bidang pembangunan infrakstruktur, mineral energi, industri manufaktur dan industri pariwisata Indonesia membutuhkan dana dan teknologi Tiongkok, dengan demikian, kedua negara dapat mewujudkan penyinergian antara koridor ekonomi komprehensif regional dengan Satu Sabuk Satu Jalan.
Dalam masa jabatannya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Dia akan berupaya menarik investasi Tiongkok, mendorong ekspor buah-buahan tropis, sumber daya energi dan mineral, minyak sawit dan karet, serta komoditi-komoditi lainnya ke Tiongkok, untuk lebih lanjut meningkatkan tingkat komplementer ekonomi kedua negara.