XINHUA: Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang kemarin malam (7/5) di Jakarta bersama dengan Wapres RI Jusuf Kalla menghadiri bersama Pertemuan Puncak Industri dan Perdagangan Tiongkok-Indonesia dan menyampaikan pidato.
Li Keqiang menyatakan, Indonesia merupakan negara berkembang besar dan berpengaruh penting, juga wakil ekonomi pasar new-emerging. Tiongkok menaruh perhatian besar pada pengembangan hubungan dengan Indonesia. Presiden Xi Jinping pada tahun 2013 dengan sukses mengunjungi Indonesia dan menunjuk arah bagi perkembangan hubungan kedua negara. Berkat upaya bersama tokoh-tokoh berbagai kalangan kedua negara, hubungan Tiongkok-Indonesia kini memasuki jalur cepat, ekonomi dan dagang merupakan bidang yang paling aktif dan paling berhasil dalam kerja sama kedua negara.
Li Keqiang menunjukkan, tujuan kunjungannya kali ini ialah untuk memperkokoh lebih lanjut momentum baik perkembangan hubungan kedua negara dan mendorong kerja sama pragmatis kedua pihak ke sebuah jenjang baru.
Kedua pihak akan memperluas kerja sama investasi dan kapasitas produksi. Tiongkok bersedia mengadakan sinergi lebih baik antara inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan dengan gagasan Poros Maritim Dunia Indonesia, dan membangun sejumlah proyek teladan.
Kedua pihak akan mempromosi liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi. Tiongkok dan Indonesia kedua-duanya mendukung globalisasi ekonomi, memprakarsai perdagangan bebas dan dipeliharanya sistem perdagangan multilateral yang berdasarkan peraturan, dan berpendirian agar diselesaikan persengketaan perdagangan melalui konsultasi sama derajat.
Kedua pihak akan mempererat lebih lanjut komunikasi dan kerja sama antar-masyarakat.
Li Keqiang menekankan, tahun ini genap 40 tahun reformasi dan keterbukaan Tiongkok dan Tiongkok akan memulai perjalanan baru reformasi dan keterbukaan.
Jusuf Kalla menyatakan, dibukanya Pertemuan Puncak Industri dan Perdagangan Indonesia-Tiongkok menunjukkan keyakinan para pemimpin kalangan pengusaha kedua negara terhadap perkembangan ekonomi dan dagang kedua pihak. Pemerintah kedua negara akan menyusun kebijakan untuk menciptakan iklim lebih kondusif bagi investasi dan perintisan usaha kedua pihak.