Tiongkok adalah negara multi etnis, selain etnis Han, terdapat pula 55 etnis minoritas. Karena sebab-sebab sejarah, masyarakat dan kondisi alam, taraf pendidikan di sejumlah daerah etnis minoritas masih tertinggal di bandingkan dengan kebutuhan perkembangan ekonomi dan sosial setempat. Sehubungan dengan itu, pada tahun-tahun belakangan ini pemerintah Tiongkok bertolak dari keadaan nyata daerah etnis dan penduduk etnis minoritas, telah mendirikan sekolah etnis dalam berbagai jenis, khususnya perguruan tinggi untuk mendidik sejumlah besar tenaga ahli dan trampil. Dalam Ruangan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan edisi ini, peyniar Anda Lily akan mengajak Anda memasuki salah satu sekolah di antaranya yaitu Universitas Etnis Barat Daya.
Universitas Etnis Barat Daya terletak di Chengdu, ibukota Propinsi Sichuan Tiongkok Barat Daya. Wakil rektor universitas itu Zeng Ming mengatakan bahwa Universitas Etnis Barat Daya yang didirikan pada tahun 1951 merupakan perguruan tinggi etnis yang paling awal sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Kini, mahasiswa yang belajar di sekolah itu berasal dari semua etnis minoritas di Tiongkok. Ia mengatakan,
"Di antara mereka ada mahasiswa yang berasal dari etnis minoritas yang populasinya sangat sedikit, hanya ribuan orang saja, dan hanya seorang pelajar yang ikut ujian masuk universitas untuk belajar di sekolah kami. Selain itu, terdapat pula seorang mahasiswi etnis Tajik di Xinjiang. Untuk datang ke universitas kami, dia harus menempuh perjalanan selama satu bulan lebih dari kampung halamannya."
Menurut perkenalan Zeng Ming, Universitas Etnis Barat Daya sejak didirikan telah mendidik lebih 90.000 orang tenaga trampil dari berbagai jenis. Di antara mereka, terdapat dokter etnis Tibet pertama dan dokter etnis Qiang pertama sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, juga terdapat banyak ahli dan sarjana terkenal serta tenaga tulang punggung di berbagai sektor usaha. Mereka telah memberikan sumbangan menonjol bagi pembangunan dan perkembangan daerah etnis di Tiongkok.
Namun, etnis-etnis minoritas di Tiongkok mempunyai banyak bahasa dan huruf, kebiasaan dan adat istiadatnya juga berbeda. Maka, bagaimana para mahasiswa yang berasal dari 56 etnis bisa hidup bersama secara rukun, dan saling mendorong dalam belajar?
Kita ambil Fakultas Ilmu Etnis Yi sebagai contoh. Profesor Wuniduoqie dari fakultas itu mengatakan, fakultasnya dalam proses pengajaran sangat menekankan konsep tentang "rukun tapi beragam". Kini fakultas itu sudah menjadi pangkalan penting di Tiongkok untuk mendidik tenaga dwibahasa Etnis Yi dan Han serta untuk penelitian ilmu Etnis Yi. Dikatakan oleh Profesor Wuniduoqie,
"Setiap etnis mempunyai adat istiadat dan kebiasaannya sendiri dan latar budayanya sendiri. Kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan serta kepercayaan agama semua etnis dihormati sepenuhnya di sini. Dengan latar belakang seperti itu, pembangunan ilmu etnis di universitas kami mencapai perkembangan yang penuh dan pesat, dan pendidikan sumber daya manusia etnis di universitas kami memiliki keunggulan yang tak tergantikan."
Banyak mahasiswa Universitas Etnis Barat Daya berasal dari daerah terpencil yang ekonominya tertinggal. Berkenaan dengan itu, pihak terkait dari universitas aktif melaksanakan kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan kepada mereka dengan memberikan kredit bantuan kuliah kepada para mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Sementara itu mereka sedapatnya diberi kesempatan untuk belajar sambil kuliah, agar mereka bisa menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa Etnis Zhuang, Luo Wen dari Fakultas Rekayasa Komputer adalah salah seorang yang menerima bantuan itu.
Luo Wen mengatakan,"Saya Luo Wen, dari Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi. Karena keluarga saya tergolong kurang mampu, maka pihak universitas memberikan saya kesempatan kerja sambil kuliah. Setelah lulus tes interviu, saya diberi pekerjaan sebagai asisten urusan kredit bantuan kuliah, terutama menangani permohonan kredit bantuan kuliah di universitas. Dengan demikian, saya memperoleh penghasilan tambahan, tapi yang paling penting ialah saya terlatih dengan melakukan pekerjaan ini."
Wakil Rektor Universitas Etnis Barat Daya Zeng Ming mengatakan, universitasnya telah mendidik generasi demi satu generasi mahasiswa berbagai etnis. Ke depan, mereka akan terus berupaya untuk membangun Universitas Etnis Barat Daya menjadi universitas etnis modern tipe baru.