Para pendengar di mana pun anda berada, saya Hanna langsung dari Beijing menemani anda dalam liputan eksklusif bersama Yohana Setiawan (Chen Huirong), seorang mahasiswa Indonesia dari satu perguruan tinggi Communication University of China (CUC) di Beijing.
Dua minggu lalu, tepatnya pada 24 Mei lalu, Yohana mengikuti babak final 16 besar perlombaan "Bintang Mandarin" dengan membawakan acara membaca puisi berjudul Zaibie Kangqiao. Selain Yohana, terdapat 15 peserta asing, termasuk dari Amerika Serikat, Vietnam, Korea Selatan dan lainnya yang memasuki babak final lomba tersebut dan membawa berbagai acara dalam Bahasa Tionghoa untuk bersaing mendapatkan penghargaan. Lomba "Bintang Mandarin" tersebut diselenggara oleh Jawatan Pendidikan Kota Beijing di Beijing dengan tujuan untuk mempopulerkan Bahasa Tionghoa dan meningkatkan ketertarikan pelajar maupun mahasiswa asing terhadap Bahasa Tionghoa di Beijing.
Sebelum kita dengarkan bersama wawancara dengan Yohana, kita dengarkan terlebih dulu puisi berjudul Zaibei Kangqiao yang dibawakan Yohana dalam Lomba "Bintang Mandarin". Dan saya yakin para pendengar juga akan turut bangga sekali, bahwa mahasiswa Indonesia kita dapat mempertunjukkan keunggulan dalam Lomba "Bintang Mandarin".
Nah, selanjutnya kita dengarkan perbincangan untuk lebih mengenal Yohana.
Yohana: Nama saya Nana, nama lengkapnya Yohana Setiawan, tapi biasanya dipanggil Nana. Saya sekolah di CUC Communication University of China, ambil jurusan komunikasi. Saya lahir pada 6 April 1989.
Hanna: Tadi saya barusan dengar kamu baca puisi, saya ingin tahu, kamu kok bisa ikut lomba ini?
Yohana: Saya ikut lomba ini, karena waktu itu di sekolah ada dipasang poster, dibilang ada lomba Bahasa Mandarin untuk semua murid asing di Beijing. Karena saya di sini sudah belajar 2 tahun, saya jadi tertarik dan ingin tahu Bahasa Mandarin saya itu bagaimana dibandingkan dengan murid-murid lain.
Hanna: Dan apakah guru kamu ada ikut bantu bimbing atau membantu kamu memilih judul puisi dalam lomba ini?
Yohana: Guru-guru di sekolah turut membantu, karena untuk pertama ikut lomba ini, saya lebih didorong guru-guru untuk ikut lomba. Saya orangnya ga pede untuk ikut lomba, apalagi harus di hadapan banyak orang. Jadi para guru benar-benar membantu aku.
Hanna: Dan bagaimana sih proses kamu untuk masuk ke final 16 besar ini?
Yohana: Pertama, saya daftar dulu, dan waktu itu katanya kira-kira ada 500 orang turut daftar. Kemudian, kita dipilih lewat internet, jadi untuk dapat lebih banyak voting dari teman-teman dan dipilih 120 orang. Dari 120 orang itu, kita diaudisi berhadapan dengan para juri dan disuruh mempertunjukan kebolehan, seperti menyanyi, membaca puisi atau lainnya. Lalu dipilih lagi 60 orang untuk tampil di hadapan orang dan akhirnya dipilih 16 orang untuk babak final kali ini.
Hanna: Saya dengar dulu kamu belajar Bahasa Mandarin dari SMP, dan hingga SMA kamu mulai serius untuk belajar. Bisa ceritakan tidak, proses kamu yang hanya tertarik hingga serius dan kepikiran untuk datang ke Beijing?
Yohana: Waktu di SMP, kita ada pelajaran Bahasa Mandarin, dan kita belajar selama 3 tahun, tapi yang dipelajari sangat sedikit. Kita hanya ditanyain namamu siapa, berasal dari negara mana, dan semua pertanyaan itu diulang-ulang. Makanya, makin lama makin bosan. Setelah itu, di SMA, tahun 2005-an, pemerintah Indonesia mulai menganjurkan setiap sekolah untuk mengadakan pelajaran Bahasa Mandarin, dan mulai ada lomba-lomba pidato Bahasa Mandarin. Dari situ, saya mulai tertarik dan Tiongkok semakin disegani oleh negara-negara lain. Orang yang berasal dari negara lain, yang tidak ada darah Tionghoanya saja belajar dengan sungguh-sungguh. Apalagi, saya yang ada keturunan Tionghoa, maka saya juga harus belajar dengan sungguh-sungguh.
Hanna: Jadi, kamu sebelumnya dari Solo yah? Kamu dulunya ikut lomba apa saja?
Yohana: Waktu di Solo, karena yang bisa Bahasa Mandarin sedikit, maka saya langsung ke tingkat Jawa Tengah dan tingkat nasional. Waktu itu, ada lomba pidato, mengarang, presentase, MC dan lain-lain. Dan saya juga mendapatkan hasil memuaskan dari lomba-lomba tersebut.
Hanna: Kamu bagaimana memutuskan untuk kuliah di Beijing dan memilih jurusan komunikasi?
Yohana: Sebenarnya waktu mau kuliah ke Beijing, saya juga cukup bingung. Karena jauh dari orang tua, jadi kepikiran apa bisa bertahan. Waktu saya di Indonesia, Bahasa Mandarin saya kurang baik, maka saya putuskan datang ke Beijing untuk mempelajari Bahasa Mandarin yang tepat. Kenapa saya memilih jurusan komunikasi, itu karena saya sebelumnya pernah ikut lomba pidato maupun MC. Menurut saya, untuk bisa menjadi MC, perlu belajar bagaimana menyampaikan pernyataan dengan kata yang paling tepat. Maka itu, saya akhirnya memilih jurusan komunikasi.
Dalam perbincangan dengan Yohana, saya merasakan Yohana adalah gadis yang sangat positif dan giat mengejar cita-citanya. Kita doakan Yohana dapat lancar mengejar cita-cita di masa mendatang.
Liputan eksklusif ini, saya Hanna akhiri di sini dulu, dan semoga anda semua juga dapat terinspirasi oleh cita-cita Yohana yang membanggakan keluarga dan bangsa Indonesia. Sampai jumpa.