Dalam waktu beberapa tahun belakangan ini, kontak antara Indonesia dan Tiongkok semakin erat, dan semakin banyak orang di Indonesia ingin belajar bahasa Tionghoa untuk mengenal bahasa dan kebudayaan Tiongkok. Tanggal 26 September 2007, di aula kantor Departemen Pendidikan Indonesia berlangsung upacara meriah untuk menyambut kedatangan gelombang ketiga relawan guru bahasa Tionghoa dari Tiongkok sebanyak 81 orang untuk mengajar di Indonesia. Dua hari kemudian (tanggal 28 September), Institut Kongfuzu pertama di Indonesia diresmikan di Pusat Pendidikan Bahaas Tionghoa Jakarta.
"Ingatlah, sebenarnya bahasa Tionghoa tidak sulit dibelajari seperti bayangan anda sekalian. Asal membuka mulutmu, lalu senantiasa berkeyakinan penuh, anda pasti pandai berbicara bahasa Tionghoa." Demikian kata pendiri Pusat Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta, Filip kepada para siswa di depan suatu kursus tahap awal bahasa Tionghoa yang dibuka tanggal 30 September lalu.
Tanggal 28 September, Institut Kong Fu Chu pertama di Indonesia diresmikan dengan bertempat di Pusat Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta. Sehubungan dengan itu, Filip mengatakan, "Impian saya untuk mempromosikan bahasa Tionghoa akhirnya telah memasuki tahap kedua." Kini Filip yang sudah berumur 60 tahun lebih penuh bersemangat, tidak saja ia sendiri mengajar, tapi juga memeras otak bagaimana dengan adanya Institut Kong Fu Chu ini bisa mempercepat pengenalan masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan Tiongkok.
Filip yang dilahirkan di Makassar sejak kecil disekolahkan di sebuah sekolah bahasa Tionghoa setempat, maka sejak itu ia mempunyai perasaan mendalam dengan Tiongkok dan bahasa Tionghoa. Tahun 1986, Filip untuk pertama berkunjung ke Tiongkok. Dari tahun 1992 sampai tahun 1994, ia bekerja di Kedutaan Besar Indonesia untuk Tiongkok. Setelah kembali ke Indonesia, ia menjadikan penyebar-luasan bahasa Tionghoa sebagai karier yang ditekuninya.
Tidak hanya demikian, kini 4 anak kandungnya dan seorang anak angkatnya di Tiongkok meneruskan usaha ayahnya, dan menjadi penanggungjawab cabang-cabang Pusat Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta. Dengan demikian, dua generasi bersama-sama menjalankan usaha pendidikan bahasa Tionghoa.
Filip menyatakan, dari tahun 1996 sampai sekarang, Pusat Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta sudah berkembang menjadi 11 tempat pengajaran dan telah mengumpulkan banyak pengalaman dalam pengajaran. Disamping memberikan pendidikan dan pelatihan, setiap tahun mereka juga membantu 100 lebih siswa ke Tiongkok untuk melanjutkan kuliah di berbagai perguruan tinggi di Tiongkok.
Menurut Filip, Pusat Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta kini sudah berjalan di orbit normal, target tahap pertama penyebarluasan bahasa Tionghoa sudah tercapai. Kini yang paling mereka butuhkan adalah mendatangkan kebudayaan Tiongkok yang lebih padat dan beragam. Orang lanjut usia yang selalu mengemban impian itu sedang merencanakan untuk mendirikan pusat kebudayaan Tiongkok guna menyimpan berbagai macam buku, audio video dan data-data lain, agar masyarakat Indonesia dapat mengenal Tiongkok melalui buku, film dan lain-lain. "Saya berharap dengan memajukan pertukaran antara kedua pihak, rakyat Indonesia dapat mengenal Tiongkok dengan lebih menyeluruh." Demikian kata Filip, pendiri Pusat Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta.