Firdaus 17/09/2009
Artikel ini merupakan artikel mengenai profil Program Studi Bahasa Mandarin di UNAS yang telah dimuat pada harian Republika pada tanggal 16 September 2009. Dengan narasumber ketua Jurusan Program Studi Bahasa Mandarin, Titi Rahardjanti, SS:
Ada sebuah hadits yang mengatakan, tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Maksudnya, setiap orang diharuskan untuk mencari ilmu meskipun hatus menempuh perjalanan yang jauh. Makna lainnya adalah bahwa sejak lama Negara tersebut sudah dikenal sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan di dunia. Tak heran jika China saat ini telah menjadi salh satu Negara paling berpengaruh.
Di Indonesia, China tetap menarik perhatian. Dari segi pendidikan Bahasa, misalnya, Ketua program studi Bahasa Mandarin Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, Titi Rahardjanti, SS mengatakan, minat masyarakat Indonesia untuk belajar bahasa Mandarin sangat tinggi. "saat ini, peminat bahasa Mandarin cukup banyak. Bahkan, tidak hanya bahasa. Banyak juga yang belajar langsung ke Negara tersebut." Katanya.
Apalagi jika melihat banyaknya investor China yang menanamkan modalnya ke Indonesia. Sehingga dipastikan akan membutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki kemampuan berbahasa mandarin. Melihat tren yang terus meningkat tersebut, UNAS pun memutuskan untuk membuka program studi bahasa Mandarin mulai semester ini.
Awalnya, kata Titi, UNAS berniat membuka program studi Sastra Mandarin untuk jenjang sarjana. Namun ternyata Departemen Pendidikan Nasional baru memberikan izin untuk program diploma 3. "Tapi ke depan, kami berniat untuk membuka juga program sarjana," Harap Titi.
Di tahun perdana, program studi yang berada di bawah Fakultas Bahasa dan Sastra ini hanya berhasil mendapatkan lima mahasiswa. Titi menilai, melihat trennya jumlah mahasiswa yang masuk masih belum maksimal. Namun ia masih memaklumi karena program studi ini terbilang baru.
Meskipun belum memiliki jenjang sarjana, UNAS telah menjalin kerjasama dengan Guangxi University of Nationalities, China untuk program dual degree. Dengan sistem 2+2, yakni 2 tahun kuliah di UNAS dan 2 tahun kuliah di China, Mahasiswa UNAS dapat lulus dengan dua gelar, Yakni AMD yang dikeluarkan UNAS dan gelar BA yang dikeluarkan Guangxi University of Nationalities.
Titi mengaku, semua mahasiswa sudah diberikan pengarahan mengenai program dual degree hasil kerjasama dengan salah satu kampus di China tersebut. Karenanya, ia sangat mendukung jika ada mahasiswa yang ingin mengambil program studi ini.
Salah satu bentuk dukungan yang nanti akan diberikan adalah melalui pemberian beasiswa. "Jadi, bagi mereka yang berprestasi kami akan mengusahakan untuk mendapatkan beasiswa dari Guangxi University of Nationalities. "Jadi mereka hanya perlu memikirkan biaya pendidikan di UNAS saja. Disana mereka tinggal belajar." Papar Titi.
Ia menambahkan, kerjasama UNAS- Guangxi University of Nationalities sebenarnya telah terjalin lama. Berdirinya program studi Bahasa Mandarin merupakan salah satu kesepakatan kedua belah pihak. Selain itu ada pula kesepakatan dalam hal kurikulum dan penyediaan bahan ajar.
Untuk kurikulum, jelas Titi, tidak sepenuhnya menggunakan kurikulum dari Guangxi University of Nationalities. "Disana, bahasa mandarin merupakan bahasa ibu. Di sini, merupakan bahasa asing kedua. Jadi kurikulum yang digunakan berbeda. Harus ada penyesuaian dengan kondisi di sini," Jelasnya.
Namun, secara umum kurikulum yang digunakan berfokus pada empat kemampuan. Yakni, ting (mendengar), shuo (berbicara), du (membaca), dan xie (menulis). Khusus di UNAS, kompetensinya lebih difokuskan kepada shuo atau kemampuan berbicara. Alasannya, jenjang diploma merupakan jenjang yang disiapkan untuk menciptakan tenaga kerja siap pakai. Sehingga diharapkan ketika lulus, setiap mahasiswa UNAS dapat langsung lancar berbicara Mandarin dan menggunakannya untuk bekerja.
Untuk mendukung kompetensi ini, UNAS memberikan mata kuliah berbicara sebanyak empat SKS. Yang mengajar pun dosen native dari Taiwan. Tujuannya, untuk meningkatkan kemampuan percakapan dan pelafalan mahasiswa. "Kami juga sudah meminta dosen dari Guangxi University of Nationalities. Namun saat ini masih dalam proses. Jadi, paling tahun depan baru bias dating ke UNAS," Ungkap Titi.
UNAS pun mengarahkan mahasiswanya untuk memiliki kemampuan lebih dalam bidang penerjemahan. Pasalnya, kata Titi, penerjemahan sangat fleksibel. Semua perusahaan atau bidang usaha asing pasti memerlukan jasa penerjemah. Makanya, kebutuhan tenaga penerjemah pasti tinggi.
UNAS memberikan materi penerjemahan sejak awal perkuliahan hingga akhir. Di semester dua, ada mata kuliah Teori Terjemahan secara umum, di semester tiga ada terjemahan Mandarin ke bahasa Indonesia, di semester empat ada Terjemahan bahasa Indonesia ke mandarin, di semester lima ada terjemahan lanjutan, di semester enam ada Mandarin untuk Pers. "Kami juga memberikan materi mengenai sejarah dan budaya. Namun, karena jenjang diploma sifatnya hanya pengenalan," ujarnya. (M. Faqih - Republika 16 September 2009).