Wu Yuanxin, Pewaris Teknik Kerajinan Tangan Pembuatan Kain Celup Warna Biru
  2009-06-10 18:17:24  cri

Wu Yuanxin telah mencurahkan banyak tenaga dalam penelitiannya, dan menghasilkan banyak produk yang diekspor ke luar negeri. Akan tetapi, ketika pasar ekspor berangsur-angsur melesu, kantor penelitiannya pun menghadapi masalah keuangan, dan akhirnya terpaksa gulung tikar. Setelah itu, Wu Yuanxin pun pindah kerja ke sebuah perusahaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kain celup. Walaupun di perusahaan itu, ia memperoleh gaji yang tinggi, namun ia tetap memilih untuk melanjutkan penelitiannya.

"Waktu itu saya sudah berkecimpung di bidang penelitian kain celup selama 20 tahun. Saya merasa berat hati meninggalkannya begitu saja. Maka saya memutuskan untuk meletakkan jabatan di perusahan itu untuk terus melakukan koleksi dan penelitian kain celup. Saya berencana mendirikan sebuah museum kain celup biru untuk memamerkan barang koleksi saya selama 20 tahun ini kepada publik, agar generasi berikutnya dapat mengenal sejarah perkembangan kain celup biru serta kaitannya dengan kebudayaan."

Pikiran Wu Yuanxin terbilang sederhana sekali, namun tidak berarti mudah terwujud. Wu Yuanxin adalah ahli bidang kain celup biru, namun sama sekali tidak mengerti soal memperoleh keuntungan dari usaha mengelola sebuah museum. Ia tidak hanya menghabiskan semua uangnya untuk mendirikan museum kain celup biru, ia bahkan juga meminjam uang dari orangtuanya. Museumnya berlokasi di sebuah taman. Mengenai museum itu, Wu mengatakan:

"Saya ingin mendukung pembukaan museum ini dengan uang yang diperoleh dari keuntungan melalui perdagangan kain. Saya cuma ingin memperkenalkan museum ini kepada publik."

Selain mengadakan pameran di Nantong, ia juga mengadakan pameran ke Shanghai, bahkan AS dan Eropa, supaya lebih banyak orang tahu bahwa kain tradisional Tiongkok pada zaman kuno berwarna biru dan putih. Sementara itu ia juga terus memperluas pengaruh kain celup bernuansa biru, dan mulai merancang motif dan format baru untuk memenuhi minat estetika zaman modern. Produknya dinilai positif dan berangsur-angsur ia pun menerima pesanan produk baru. Uang yang didapatnya melalui perdagangan kain, diinvestasikannya dalam pengembangan produk baru dan kegiatan pengumpulan karya berharga di kalangan orang awam, serta untuk memelihara kelangsungan hidup museum. Berangsur-angsur, skala museumnya diperluas, dan produk yang dikembangkannya pun bertambah banyak.

Tahun 1997, berkat dukungan pemerintah setempat, museum kain Wu diperluas. Dari yang awalnya hanya merupakan gedung pameran kecil menjadi museum seluas 500 meter persegi, yang terdiri dari lima ruang pameran. Di museum yang sudah diperluas itu, seribu macam lebih produk kain celup biru beserta foto dipamerkan. Hingga kini pengunjung museum itu sudah melampaui 100.000 orang.

Sekarang teknik pembuatan kain celup biru telah dicantumkan dalam Daftar Warisan Budaya Nonmaterial Kelompok Pertama Tiongkok, dan Wu Yuanxin pun diberi penghargaan sebagai pewaris teknik itu. Ia berharap dapat mewariskan teknik itu kepada generasi berikutnya. Baru-baru ini Wu menerima dan mengajar seorang siswa magang berusia 19 tahun tentang teknik pembuatan kain celup biru.

Pada awal tahun ini, dalam sebuah pameran yang bertajuk warisan budaya nonmaterial yang diadakan di Beijing, Wu Yuanxin beserta istri dan anak perempuannya, khusus memperagakan teknik pembuatan kain celup bernuansa biru, dan memperkenalkan kepada para pengunjung tentang sejarah dan konotasi budaya kain tersebut. Perdana Menteri Wen Jiabao yang mengunjungi pameran itu memuji Wu Yuanxin yang telah merintis cara baru untuk melindungi dan mewariskan warisan budaya nonmaterial.


1 2
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040