Kashgar merupakan kota yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sejumlah situs sejarah yang merupakan warisan budaya masyarakat Kashgar, terutama peradaban Uyghur yang Muslim . Memang, Kashgar yang masuk wilayah Xinjiang, wilayah paling barat di China, sungguh menarik dikunjungi. Salah satu yang sempat saya kunjungi bersama tim wartawan dari Indonesia dan Malaysia dalam rangka "Perjalanan Muslim di China" atas undangan CRI pada hari ketiga di Kashgar (Jumat, 4 November 2011) adalah kompleks makam Apak Hoja.
Di tengah udara yang cukup dingin sekitar 3 derajat celcius, Jumat, bus kami yang disopiri Abdullah Alif, etnik Uyghur, mulai menelusuri jalan-jalan di pusat Kota Kashgar. Letak makam itu tidak terlalu jauh. Menurut Kaderya, pemandu kami dari kantor pariwisata Kashgar, hanya sekitar 5 kilometer. Bus kami menuju ke arah tenggara luar kota. Sebelum memasuki kompleks makam, kami melewati rumah-rumah orang kaya suku Uyghur, yang terlihat besar dengan halaman yang luas. Rata-rata bangunan mereka berlantai dua-tiga.
Kompleks makam Apak Hoja sebetulnya mirip dengan kompleks makam-makam bersejarah di Indonesia, terutama penyebar agama Islam seperti para wali dan orang-orang yang disucikan. Di Indonesia, situs pemakaman itu ramai menjadi obyek wisata sejarah. Hampir tak ada yang sepi dari para peziarah ke makam-makam Wali Sanga, sebutan untuk penyerbar Islam di Jawa. Di Indonesia aroma mistiknya sangat kuat. Tetapi di makam Apak Hoja, ketika saya mengunjungi, terlihat sebagai tempat lokasi wisata biasa. Aroma mistiknya tidak terlalu kuat. Di dalam bangunan makam yang seperti masjid besar dengan segala ornamen dan motifnya, terlihat hanya makam-makam yang berjajar. Namun bangunan ini dirawat oleh pemerintah otonom Xinjiang.
Seperti para wali di Indonesia, Apak Hojak adalah penyebar Islam di Xinjiang pada abad ke-17. Kompleks makam itu dibangun tahun 1640. Apak Hoja wafat tahun 1693. Generasi pertama justru dimakamkan di lokasi itu adalah ayah Apak Hoja yakni Mohammad Yusuf Hoja. Tetapi nama Apak Hoja lebih populer, karena anak tertua yusuf Hoja itu justru lebih mampu meluaska n menyebarkan Islam menjadi pemimpin Islam di kawasan itu abad ke-17.