Oleh: Asvin Ellyana (METRO TV)
Jumat, 4 November 2011, adalah hari kedua kami meliput di Kota Kashgar. Baru 2 hari menjalankan tugas di kota Kashgar, atau hari ke-4 meninggalkan Indonesia, rasa rindu luar biasa akan tanah air mulai membuncah. Kerinduan akan kampung halaman ini, harus dapat dikalahkan oleh profesionalitas dan totalitas kami sebagai jurnalis. Kecintaan akan profesi dan sikap professional, bagaimanapun harus mengalahkan apapun.
Tujuan pertama kami hari ini adalah mengunjungi makam Abakh Hojam. Makam ini terletak di Desa Hazrity, sekitar 5 kilometer dari kota Kashgar. Bangunan makam yang dibangun tahun 1640 ini, awalnya dimakamkan 72 orang.
Memasuki kompleks makam, entah karena kerinduan atau apa, merasakan hawa tanah air disini. Seperti memasuki kompleks pemakaman para wali songo di tanah Jawa. Apalagi, di depan kompleks pemakaman berdiri dengan megah sebuah Masjid. Pepohonan menghiasi kompleks pemakaman.
Bedanya, tak ada peziarah yang berdoa di sekitar atau di dekat makam. Wisatawan di makam ini hanya datang untuk melihat-lihat sejarah yang melatari makam ini, berfoto (bahkan dengan penari atau unta) dan mungkin berbelanja souvenir khas suku Uygur yang tokonya berderet di luar kompleks pemakaman. Meski secara fisik, bangunannya mirip dengan di Indonesia, budaya yang membedakan wisata makam di Kasgar dan di tanah jawa. Di Kashgar, makam dijadikan lokasi wisata sejarah dan budaya sementara di Indonesia,kompleks pemakaman menjadi lokasi untuk wisata religi.
Kerinduan akan tanah air kembali menyeruak, saat kunjungan kedua kami hari ini, yakni menyaksikan pasar kambing dadakan. Pasar kaget kambing,memang banyak ditemukan di Kota Kashgar, terutama di hari-hari menjelang Hari Raya Kurban atau Idul Adha. Sama seperti di Indonesia, sejumlah sudut jalan banyak ditemui pedagang yang menjual daging hewan kurban.
Bedanya, di Kasgar, sejumlah pedagang mendatangi sebuah tempat untuk menjual domba mereka. Sementara di Indonesia, pedagang secara terpisah memilih memajang sendiri hewan ternak mereka di tempat yang mereka anggap strategis. Selain itu, di Kasgar hanya bisa ditemui domba sebagai hewan kurban. Tak seperti di Indonesia, tak akan ditemui sapi di pasar kaget hewan kurban di Kashgar.
Tujuan terakhir kami hari ini, juga kembali mengingatkan sebuah tempat yang hampir sama dengan di Indonesia. Pasar kota Kashgar yang kami kunjungi siang ini sangat ramai. Seperti di tanah air, menjelang perayaan hari besar kegamaan seperti Hari Raya Idul Adha, warga berdondong bondong memborong untuk keperluan di hari Raya. Mereka berbelanja segala kebutuhan di pasar.
Apalagi melongok sejumlah barang yan dijual mirip dengan pasar di Indonesia. Berbagai kain cantik berwarna-warni yang dijadikan penutup kepala, ternyata menjadi salah satu yang diserbu di kota Kashgar. Selain itu, tawar menawar pembeli dan penjual, makin membuat ingatan akan Indonesia semakin menggelora.
Kashgar, 4 November 2011