"Dua Gunung Satu Danau" demikian orang merangkum keindahan alam provinsi Anhui. Dua gunung yang dimaksud adalah Huangshan dan Jiuhuashan, sedangkan danau itu adalah Danau Taiping, yang namanya secara harfiah berarti "kedamaian".
Menyaksikan birunya langit yang terpantul di atas air danau yang beriak, dikelilingi barisan gunung-gunung di kejauhan, susah sekali menerima kenyataan bahwa danau ini adalah buatan manusia. Danau ini mulai dikerjakan pada tahun 1957 setelah mengungsikan penduduk di tiga kecamatan di kabupaten Taihu. Semula tujuan pembangunannya adalah seperti layaknya pembangunan bendungan: mencegah banjir, membangkitkan listrik, dan irigasi. Proyek pembangunannya semula mendapat bantuan dari insinyur dari Rusia, namun di tengah jalan terjadi masalah dalam hubungan diplomatik antara Uni Soviet dengan Tiongkok, sehingga proses pembangunannya melambat. Baru pada tahun 1971 danau ini berisi air, dan belakangan ini bertambah fungsinya: destinasi pariwisata.
Di tepi danau terlihat proyek pembangunan gedung-gedung apartemen modern dan vila-vila mewah. Alat derek masih sibuk membangun struktur bangunan baru. "Harga tanah di sini naik cepat," kata pemandu lokal, "sekarang sekitar 5.000 yuan per meter persegi untuk kawasan perumahan." Banyak proyek pembangunan yang dilakukan oleh warga dari provinsi tetangga, Zhejiang.
Aktivitas wisata di danau umumnya melibatkan perjalanan keliling danau dengan menggunakan kapal pesiar. Pembangunan danau ini merendam dusun-dusun yang nyaris dalam keadaan aslinya, saya berpikir mungkin suatu saat akan menjadi objek wisata kunjungan "kota bawah air". Sedangkan daerah yang semula perbukitan kini menjadi "pulau". Beberapa pulau sudah dibuka untuk turis. Tempat ini mengundang investasi dari Jepang dan dibandrol dengan nama "Jenewa dari Timur."
Salah satu pulau yang kami kunjungi adalah Pulau Pat-Kwa, menawarkan wisata bernuansa klenik, tetapi dengan aroma yang sangat modern. Pengunjung mendapat penjelasan dari guide lokal yang menjelaskan berbagai aspek menarik di balik anagram Pat-kwa dan kitab I-Ching. Pertama, soal shio. Ada 12 gerbang shio, dan pengunjuung harus melewati gerbang itu sesuai dengan shionya masing-masing. Setelah itu, gerbang dengan bulan kelahiran. Lalu ramalan Pat-Kwa. Ada delapan gerbang dengan bendera warna-warni membentuk satu lingkaran. Pengunjung dipersilakan memilih warna baju yang disukai, lalu pergi ke gerbang dengan warna bendera yang sama, mengelilingi lingkaran Pat-Kwa di atas panggung satu kali, berdiri sejenak, dan turun melallui gerbang yang disukai. Warna yang dipilih mewakili satu angka, dan angka itu yang akan diproses untuk mendapatkan hitungan ramalan.
"Keberuntunganmu mulai dari musim gugur," kata sang master yang baru bicara setelah dibayar 20 yuan, "dan akan semakin baik lagi di musim dingin. Apalagi kalau kamu pergi ke tempat yang banyak emas dan banyak airnya." Orang yang diramal, seorang turis perempuan dari Shandong berusia 30'an, tertawa berseri-seri menggenggam kertas ramalan.
Industri pariwisata kini menghidupkan kembali tradisi dan kepercayaan kuno di pulau-pulau tak berpenghuni di tengah danau.