Menulis huruf mandarin dengan indah bukanlah hal yang mudah. Demikian juga dengan memainkan boneka marionette. Perlu latihan yang tekun dan lama agar bisa menggerakkan boneka tersebut agar bisa bergerak layaknya manusia.
Agar bisa menggerakkan boneka tersebut, pemain marionette harus menarik banyak tali. Masing-masing mengendalikan bagian tubuh tertentu dan untuk gerakan tertentu pula. Belum lagi berat boneka yang bisa membuat pundak pegal jika terlalu memainkannya.
Bagaimana jika dua keahlian dengan tingkat kesulitan yang tinggi itu harus digabungkan? Tepatnya, memainkan boneka marionette untuk menulis huruf mandarin dengan indah.
Itulah salah satu atraksi yang disaksikan rombongan wartawan Indonesia yang tengah berkunjung ke kota Quan Zhou, Provinsi Fujian, Tiongkok. Di hari kedua di kota pelabuhan tersebut, rombongan wartawan berkunjung ke Quan Zhou Marionette Troupe.
Aslinya, kesenian tersebut berasal dari Tiongkok pedalaman yang lantas berkembang ke wilayah-wilayah lain di Tiongkok. Namun, pada perkembangannya, hanya yang berada di Quan Zhou yang masih bertahan sampai sekarang.
Itu pun tidak bisa terlalu sering ditampilkan. ''Biasanya, kami menampilkannya kalau ada yang meminta,'' jelas Direktur Quan Zhou Marionette Troupe, Wang Jing Hian.
Kendalanya adalah tidak adanya gedung yang bisa menjadi tempat untuk menampilkan kesenian tersebut. Saat ini, menurut Wang, sedang dibangun gedung khusus yang bisa dijadikan tempat untuk memainkan kesenian tersebut. ''Kalau sudah ada gedungnya, kami bisa menampilkannya secara rutin. Mungkin satu pecan sekali,'' tambahnya.
Menurut Wang, meski tidak sebanyak dahulu, saat ini masih cukup pemain yang bisa memainkan kesenian tersebut. Setidaknya ada sepuluh orang yang bisa membuat boneka-boneka itu, sepuluh orang pemain musik, dan 30 orang yang bisa memainkan boneka tersebut.
Segera akan diwisuda 14 seniman yang bisa memainkan boneka tersebut. Untuk diketahui ada sekolah khusus yang mengajarkan boneka marionette. ''Sekolahnya setingkat D-3 dan S-1,'' papar Jing Hian.
Kisah yang ditampilkan kesenian tersebut biasanya tentang legenda-legenda dan sejarah Tiongkok di masa lalu. Juga cerita yang berkaitan dengan agama Tao dan Buddha. ''Kami juga membuat cerita-cerita masa modern,'' tambah Jing Hian.
Di ujung dialog wartawan dengan Jing Hian, ditampilkan atraksi boneka marionette yang menuliskan huruf mandarin dengan indah. Yang menggerakkan boneka tersebut adalah seniman perempuan bernama Zhuang Lie.
Menurut Zhuang, dia sudah belajar memainkan boneka marionette selama tiga tahun. Dan secara khusus berlatih menggerakan boneka untuk menulis huruf mandarin selama tiga bulan terakhir. ''Belum banyak yang bisa memainkan boneka marionette untuk menulis,'' katanya.
Rukin Firda
Wartawan Jawa Pos