Johan Sarjono - Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku kecewa pertemuan tingkat menteri luar negeri ASEAN gagal menghasilkan komunike atau pernyataan bersama tentang Laut China Selatan.
Hal itu diungkapkan Presiden Yudhoyono dalam keterangan kepada wartawan di kantor kepresidenan, Jakarta, Senin (16/7).
Yudhoyono menegaskan, kegagalan menghasilkan pernyataan bersama itu adalah yang pertama kali dalam sejarah ASEAN. Kegagalan tersebut bisa memperburuk citra asosiasi negara Asia Tenggara itu.
"Kejadian itu bisa membuat dunia internasional menganggap telah terjadi perpecahan di ASEAN," kata presiden.
Presiden menegaskan, masalah Laut China Selatan pasti akan kembali mencuat ketika para pemimpin negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN hadir dalam pertemuan puncak pada November 2012 di Kamboja.
Yudhoyono berharap, setiap negara bisa membahas permasalahan itu secara jernih dan damai. Setiap negara harus berorientasi pada pencapaian kesepakatan setiap kali membagas sengketa.
Pertemuan tingkat menteri itu digelar di Phnom Penh, Kamboja. Hingga Jumat (13/7), para menteri gagal mengeluarkan pernyataan bersama terkait sengketa Laut China Selatan. Laut China Selatan menjadi wilayah sengketa antara China dan beberapa negara ASEAN, yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam. Seluruh negara itu mengklaim kedaulatan atas Laut China Selatan. (sik)