Elshinta - Newsroom, Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda menyerukan pada China agar menjamin keselamatan warga dan pebisnis negeri matahari terbit yang berada disana.
Permintaan ini muncul sebagai reaksi atas memanasnya aksi demo di sejumlah kota di China yang diikuti dengan serangkaian aksi perusakan terhadap aset berbau Jepang di negeri itu.
Hubungan kedua negara memburuk setahun terakhir setelah konflik Laut Cina Selatan kembali mengemuka dan belum menemukan jalan tengah.
Dalam pernyataan terakhirnya, Pemerintah Jepang menyebut berhak atas kepemilikan tiga pulau yang disengketakan (yang disebut Pulau Senkaku dalam bahasa Jepang dan Diaoyu dalam bahasa China) dari pemilik pulau sebelumnya, seorang pebisnis warga Jepang.
Pulau itu menjadi biang sengketa antara lain karena diperkirakan kaya dengan kandungan gas.
Dalam demonstrasi hari Sabtu (15/9), massa yang marah menyerbu kantor kedutaan besar Jepang di Beijing, melempari bangunan kedutaan dengan bebatuan. Di kota-kota lain toko-toko milik warga Jepang dijarah sementara kendaraan bermerk Jepang dirusak dan dibakar.
Hari Minggu (16/9) aksi demo kembali berlangsung di Beijing dan sejumlah kota lainnya di China. Kantor berita Reuters menulis polisi harus menyemprotkan gas air mata dan menyemburkan meriam air untuk memecah kepadatan ribuan demonstran di Kota Shenzhen bagian selatan China, dekat Hong Kong.
Menurut kantor berita Kyodo, skala aksi demonstrasi kali ini merupakan yang terbesar sejak dua negara ini menormalisir hubungan diplomatiknya tahun 1972. (der/BBC)