Catatan dari Xinjiang Bagian 3
  2013-08-02 13:10:08  CRI
Bulan sudah berganti, sekarang 1 Agustus 2013. Seminggu lagi Hari Raya Idul Fitri. Berada jauh dari rumah dan keluarga menjelang hari raya terasa sangat berbeda. Mengingat, ini pertama kalinya saya akan berlebaran di negeri orang, jauh dari keluarga dan teman-teman. Ya, bagaimana pun itu, saya sedang bertugas, jalani saja… Hari ini kami diajak berkeliling Kota Sha Wan. Destinasi pertama adalah Taman Harmonis. Taman ini dinamakan Harmonis dengan harapan akan tetap harmonisnya kehidupan di Xinjiang, khususnya di Sha Wan. Tempatnya bersahaja, menjadi tempat bercengkrama orang-orang tua muda. Mungkin kalau ada waktu lama saya akan bersantai-santai di taman tersebut. Lokasi berikutnya kami diajak berkunjung ke Museum kuliner Dapanji. Museum yang dilengkapi juga dengan restoran menyuguhkan menu ayam khas yang disebut Dapanji. Ayamnya lezat, bumbu-bumbunya kuat dan pedasnya sukses membuat saya berkeringat. Mantab. Kalau kata pak Bondan, salah seorang pembawa acara kuliner terkenal di Indonesia rasanya "Mak Nyus." Oh iya, kami juga sempat diajak ke dapur melihat para "chef" memasak berbagai menu khas Xinjiang, khususnya Sha Wan. Hehe, seketika jadi ingat acara di tv kabel "Masterchef." Ok, selesai makan ayam Dapanji kami diajak berkunjung ke perkampungan suku etnis Kazakh di Lujiaowan, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Sha Wan. Berlokasi di kaki Pegunungan Tianshan, perkampungan etnis Kazakh berada di padang sabana atau padang rumput yang sangat luas. Secara tradisional mereka hidup dari beternak domba, sapi, dan yang terutama adalah memelihara kuda. Rumah-rumah tempat tinggal mereka berbentuk tenda yang terdiri dari beberapa tenda dalam satu halaman. Kami disuguhi kudapan dan makanan khas etnis Kazakh. Oh iya, mereka ternyata pemeluk agama Islam. Satu pengalaman baru lagi untuk saya, mengunjungi dan bertemu dengan etnis yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Disini, tidak berhenti saya memotret berbagai aktivitas, pemandangan dan juga berbagai hal yang menurut saya menarik mengenai etnis Kazakh. Keren!! Mudah-mudahan hari-hari berikutnya saya akan menjumpai etnis-etnis lain di Xinjiang dan hal-hal berbau budaya yang lebih keren lagi dari hari ini... Kami disuguhkan pemandangan indah pegunungan lengkap dengan air terjun dan tempat beribadah umat Buddha dengan arca Buddha raksasa yang dibangun di tebing batu.Perjalanan melelahkan mendaki gunung terhapus seketika begitu kami tiba di atas puncak salah satu bagian Pegunungan Tianshan. Di puncak sekelompok warga setempat yang merupakan warga etnis Kazakh menyambut kami. Menyenangkan. Saat itu juga saya menyibukkan diri dengan memotret para "manusia kuda" etnis Kazakh. Saya merasa cukup puas dengan hasil foto-foto pada hari ini. Well done! Tempat berikut yang kami kunjungi adalah Danau Qianquan. Masih di daerah Sha Wan. Danau ini merupakan habitat dari banyak burung, khususnya burung bangau. Namun sayang agak sulit untuk mendekat untuk mengambil foto-foto burung-burung tersebut. Akhirnya kami menghabiskan waktu di danau tersebut sembari menunggu matahari terbenam. Pemandangan matahari terbenam di balik Danau Qianquang cukup mempesona. Semburat warna merah, oranye, jingga keemasan bercampur dengan biru langit bergradasi gelap ditambah dengan lalu lalang burung-burung pulang ke sarang terasa indah dipandang mata.Terlepas dari kurangnya fasilitas sarana-prasarana pariwisata di kawasan danau tersebut, namun Danau Qianquang layak untuk dikunjungi. Semoga saja pemerintah setempat atau ada investor yang berkenan membangun dan mengembangkan kawasan danau tersebut menjadi daerah kunjungan pariwisata yang memadai. Bulan sudah berganti, sekarang 1 Agustus 2013. Seminggu lagi Hari Raya Idul Fitri. Berada jauh dari rumah dan keluarga menjelang hari raya terasa sangat berbeda. Mengingat, ini pertama kalinya saya akan berlebaran di negeri orang, jauh dari keluarga dan teman-teman. Ya, bagaimana pun itu, saya sedang bertugas, jalani saja… Hari ini kami diajak berkeliling Kota Sha Wan. Destinasi pertama adalah Taman Harmonis. Taman ini dinamakan Harmonis dengan harapan akan tetap harmonisnya kehidupan di Xinjiang, khususnya di Sha Wan. Tempatnya bersahaja, menjadi tempat bercengkrama orang-orang tua muda. Mungkin kalau ada waktu lama saya akan bersantai-santai di taman tersebut. Lokasi berikutnya kami diajak berkunjung ke Museum kuliner Dapanji. Museum yang dilengkapi juga dengan restoran menyuguhkan menu ayam khas yang disebut Dapanji. Ayamnya lezat, bumbu-bumbunya kuat dan pedasnya sukses membuat saya berkeringat. Mantab. Kalau kata pak Bondan, salah seorang pembawa acara kuliner terkenal di Indonesia rasanya "Mak Nyus." Oh iya, kami juga sempat diajak ke dapur melihat para "chef" memasak berbagai menu khas Xinjiang, khususnya Sha Wan. Hehe, seketika jadi ingat acara di tv kabel "Masterchef." Ok, selesai makan ayam Dapanji kami diajak berkunjung ke perkampungan suku etnis Kazakh di Lujiaowan, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Sha Wan. Berlokasi di kaki Pegunungan Tianshan, perkampungan etnis Kazakh berada di padang sabana atau padang rumput yang sangat luas. Secara tradisional mereka hidup dari beternak domba, sapi, dan yang terutama adalah memelihara kuda. Rumah-rumah tempat tinggal mereka berbentuk tenda yang terdiri dari beberapa tenda dalam satu halaman. Kami disuguhi kudapan dan makanan khas etnis Kazakh. Oh iya, mereka ternyata pemeluk agama Islam. Satu pengalaman baru lagi untuk saya, mengunjungi dan bertemu dengan etnis yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Disini, tidak berhenti saya memotret berbagai aktivitas, pemandangan dan juga berbagai hal yang menurut saya menarik mengenai etnis Kazakh. Keren!! Mudah-mudahan hari-hari berikutnya saya akan menjumpai etnis-etnis lain di Xinjiang dan hal-hal berbau budaya yang lebih keren lagi dari hari ini...
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040