Senin, 5 Agustus 2013. Setelah perjalanan panjang dari kota Wu Su, kami bermalam di Kota Karamay. Kota minyak di RRC. Bahkan nama kota itu sendiri berasal dari kata minyak. Karamay dalam bahasa Uygur adalah Kara = minyak, May = hitam. Jadi Karamay adalah Minyak Hitam, kalau dikaitkan dengan kota, maka menjadi Kota Minyak Hitam. Perjalanan hari ini berkeliling kota Karamay.
Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah kebun atau Taman Yanming. Nama Yanming diambil dari si pembuat taman itu, Wang Yanming. Ia adalah seorang pensiunan pegawai pemerintahan yang mendedikasikan hari tuanya untuk penghijauan terutama Karamay. Ia menjadi pioner penghijauan di Kota Karamay. Lumayan juga hasil dari kunjungan ke Taman Yanming saya dan rombongan kenyang makan buah-buahan hasil tanaman Wang Yanming.
Puas makan buah di Taman Yanming, kami pun melanjutkan kunjungan ke Panti Jompo. Tidak banyak yang bisa difoto di panti jompo yang dibiayai oleh pemerintah RRC dan sebagian disponsori pihak swasta ini. Kami diajak berkunjung dari ruangan ke ruangan tapi hampir semuanya ruangan kosong, tidak ada aktivitas, jadi ya tidak ada yang bisa difoto. Tapi akhirnya kami bisa mendapat foto yang lumayan di ruangan makan, kebetulan kedatangan kami bertepatan dengan jam makan siang. Tapi, saya tidak tega memotretnya, kasihan orang-orang tua tersebut, tidak sepantasnya mereka menghabiskan hari tua mereka di panti. Seharusnya mereka berada di rumah menghabiskan hari tua bersama anak-cucu. Ah sudahlah, lain keluarga, lain orang, lain juga pemikirannya.
Next… Kami melanjutkan perjalanan mengunjungi Museum Kota Karamay. Museum ini berisi sejarah cerita panjang berdirinya Karamay, melalui sumber daya alam berupa minyak. Di daerah ini dimana-mana minyak, bahkan kalau perlu mandi pun pake minyak juga bisa dilakukan, hehe, just kidding. Maksudnya, sumber daya minyak bumi di Karamay sangat berlimpah. Dari hanya berupa padang pasir, kini menjadi kota modern yang megah lengkap dengan segala fasilitasnya. Bahkan saat ini kota tersebut masih terus dibangun, ditambah sarana-prasarana penunjang pembangunan kota. TOP!
Perjalanan kami lanjutkan lagi. Kami diajak menuju Bukit Minyak Hitam, alias dalam bahasa Inggrisnya Black Oil Hill Scene Spot. Disini kami dipandu oleh seorang perempuan etnis Uygur. Ia relatif masih muda dan berparas cukup cantik. Sayang saya tidak bisa berkomunikasi dengan dia, hehe.. Anyway, kembali ke Bukit Minyak Hitam. Disini terdapat sejumlah lubang minyak yang masih aktif. Mungkin bagi yang belum pernah melihat bentuk minyak bumi akan terpesona melihat minyak-minyak mentah berwarna kehitaman tersebut. Tapi berhubung di Indonesia saya sudah sering melihat minyak bumi, jadi ya buat saya biasa saja. Tapi ok lah untuk cuci mata potret sana potret sini sambil menikmati hembusan angin kencang di atas bukit minyak hitam.
Perjalanan ternyata belum berakhir, tempat terakhir yang kami kunjungi adalah hutan lindung yang berfungsi untuk menahan hembusan angin. Dalam bahasa Inggris namanya, Carbon Sink Forrest Base. Entah kenapa orang-orang disini menyebutnya sebagai hutan penahan angin. Tapi memang hembusan angin di wilayah itu cukup kencang. Jadi mungkin kalau tidak ada hutan disitu angin bisa berhembus lebih kencang lagi. Tempat ini merupakan salah satu penanda awal mula berdirinya Kota Karamay. Maksudnya adalah, tempat yang sebagian masih berupa padang pasir ini dibiarkan tidak dibangun untuk menunjukkan kepada wisatawan atau pun warga beginilah bentuk mula Kota Karamay yang kini telah menjadi kota modern itu. Ok, end of trip for today.