Catatan Perjalanan (Tgl. 9 Kota Tacheng)
  2013-08-14 16:52:04  CRI

Jumat, 9 Agustus 2013. Hari ini kami tiba di Kota Ta Cheng, Daerah Otonomi Uygur Xinjiang, RRC. Kota ini merupakan kota terdekat dengan perbatasan Kazakhstan. Sekaligus kota ini merupakan kota terjauh dari laut di mana pun di muka bumi ini. Kota ini memiiki sejarah panjang dan katanya merupakan kota yang paling damai dan harmonis antar etnis di wilayah Xinjiang.

Tempat pertama yang kami kunjungi setibanya di Ta Cheng adalah mengunjungi Gedung Merah, sebuah bangunan yang dibangun Rusia pada 1900an. Kalau tidak salah gedung ini dahulu adalah perkantoran atau semacam itu. Kini sebagian dari gedung klasik berwarna merah ini diubah fungsi menjadi museum sejarah Kota Ta Cheng.

Banyak hal yang menarik minat saya saat mengunjungi museum Kota Ta Cheng. Banyak artefak-artefak arkeologi mulai dari zaman batu tua sekitar 50.000 tahun silam hingga artefak-artefak masa klasik China dan benda-benda antropologi tersimpan di museum ini. Memori masa perkuliahan saya pun seketika keluar, berusaha mengingat kembali ilmu-ilmu arkeologi yang saya pelajari saat di bangku universitas. Saya menikmati setiap display yang tersedia di museum ini.

Tak lama kami berada di museum ini, karena kami diajak melihat tradisi pernikahan ala Rusia di depan museum. Awalnya saya pikir ini cuma pertunjukkan belaka, tapi ternyata memang pernikahan sungguhan, hehehe.. Di Kota Ta Cheng selain terdapat etnis Han, Mongol dan Kazakh, terdapat juga etnis Rusia. Mereka merupakan warga keturunan yang nenek moyang berasal dari Rusia. Meski demikian tradisi budaya Rusia masih terasa kental pada warga keturunan tersebut.

Selesai melihat pernikahan ala Rusia. Kami diajak mengunjungi salah satu rumah warga etnis Rusia. Kami disambut banyak orang dengan tradisi khas Rusia. Kami juga disuguhi bermacam makanan ala Rusia Eropa. Orang-orang etnis Rusia di Ta Cheng merupakan orang-orang yang periang senang berpesta. Sepanjang kami bertamu, mereka tak henti bernyanyi dan menari diiringi musik akordeon khas Rusia. Sungguh heboh dan meriah. Sayang bir dan vodka yang katanya mereka biasa buat sendiri tidak ada, jadi belum terasa 100 persen Rusia, hehe..

Sore harinya kami diajak mengunjungi padang rumput Kulusitai. Tempat ini merupakan hutan lindung. Tidak banyak yang bisa kami lihat di tempat ini selain beberapa pepohonan yang katanya telah berusia lebih dari seratus tahun dan padang rumput yang kini rumputnya telah menguning. Ada satu pelajaran yang bisa dipetik selama beberapa kali saya diajak mengunjungi hutan lindung di Xinjiang. Betapa warga disini sangat menghargai dan mengagumi pohon-pohon yang telah berumur, sehingga mereka berusaha menjaga dan melestarikannya sebaik mungkin.

Malam hari setelah makan malam kami diajak mengunjungi Taman Budaya Kota Ta Cheng. Tak disangka aktivitas di taman ini justru baru ramai pada malam hari. Ada yang melakukan senam aerobik, ada yang sekedar bercengkrama bersama keluarga atau teman, ada yang berjalan-jalan keliling taman sambil membawa anjing, banyak juga anak-anak kecil yang bermain. Di sela-sela itu juga kami melihat beberapa wanita dan seorang pria berbusana tradisional Rusia menari di sisi lain taman. Mereka menari ala Rusia. Hebohnya hentakan kaki dan liukan tubuh diiringi irama lagu riang pun membuat sejumlah pengunjung taman turut menari. Bravo! #tepuk tangan...

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040