Tiongkok Terus Berupaya Menanggulangi Perubahan Iklim
  2009-12-19 14:09:40  CRI

Pertemuan pemimpin Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen kemarin (18/12) merupakan suatu peristiwa penting dan terakhir. Seratus lebih kepala negara dan kepala pemerintah termasuk Perdana Menteri Wen Jiabao atau pemimpin organisasi internasional menyampaikan pandangannya masing-masing di depan pertemuan, serta mengadakan komunikasi dan koordinasi terakhir mengenai tercapainya hasil final Konferensi Kopenhagen yang dapat diterima oleh berbagai pihak. Wen Jiabao di depan pertemuan memaparkan secara menyeluruh pendirian, gagasan dan langkah pemerintah Tiongkok dalam menghadapi perubahan iklim. Ia menyatakan, tak peduli bagaimana hasil yang dicapai pertemuan kali ini, Tiongkok akan dengan teguh dan terus berupaya mengatasi perubahan iklim. Berikut laporan wartawan kami.

Sidang ke-15 negara penandatangan Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim dan Sidang ke-5 negara penandatangan Protokol Kyoto yang digelar di Kopenhagen Denmark tanggal 7 lalu disebut sebagai Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen. Konferensi bertujuan membahas konsep tindak lanjut pasca sampai waktunya komitmen tahap pertama Protokol Kyoto serta aksi global menghadapi masalah perubahan iklim masa mendatang. Konferensi selama 12 hari ini diikuti dengan luas wakil-wakil berbagai kalangan dari 190 lebih negara dan daerah di dunia sejumlah 150.000 orang ke atas, mereka mengadakan pembahasan yang alot mengenai perubahan iklim dan sampai hari terakhir tetap terdapat banyak masalah yang bersilang pendapat, mengenai hal itu, Wen Jiabao dalam pidatonya menunjukkan, menangani perubahan iklim memerlukan keyakinan teguh, daya kohesi dan kesepahaman, upaya positif dan peningkatan kerja sama komunitas internasional, harus mempertahankan kebulatan hasil pertemuan, berpegang teguh pada keadilan peraturan, menitik beratkan kerasionalan target dan menjamin keefektifan mekanisme. Dikatakannya, " Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim dan Protokol Kyoto adalah hasil yang dicapai oleh berbagai negara melalui upaya gigih dalam jangka panjang, merupakan dasar hukum dan aksi penuntun kerja sama internasional menghadapi perubahan iklim, sangat perlu disayangi, diperkokoh dan dikembangkan. Hasil konferensi kali ini harus berpegang teguh pada dan tidak boleh mengaburkan prinsip fundamental Konvensi Dan Protokol terkait, harus menaati dan tidak boleh menyimpang dari wewenang Peta Jalan Bali, harus mengunci dan tidak boleh menegasi kesepahaman yang telah dicapai dan kemajuan yang dicapai dalam perundingan."

Wen Jiabao dalam pidatonya menjelaskan pula pekerjaan Tiongkok sebagai negara berkembang yang besar dalam mengatasi perubahan iklim. Selama 30 tahun ini, pembangunan modernisasi Tiongkok mencapai hasil yang mengundang perhatian dunia, tapi dalam proses perkembangan yang cepat, Tiongkok tidak mengabaikan masalah perubahan iklim, dan dalam negara berkembang terlebih dahulu merumuskan dan melaksanakan Konsep Nasional tentang Menghadapi Perubahan Iklim, terus memperbesar intensitas pekerjaan penghematan energi dan pengurangan emisi gas kamar kaca, mempercepat laju pertumbuhan energi baru dan energi terbarukan, terus mengadakan pemulihan fungsi hutan yang dijadikan tanah garapan dan penanaman pohon untuk penghutanan dalam skala besar. Yang patut dicatat ialah dari tahun 1990 sampai 2005, intensitas emisi CO2 per unit Produk Domestik Bruto PDB Tiongkok menurun 46 persen, di atas dasar itu, pemerintah Tiongkok dalam waktu dekat ini mengajukan pula, sampai tahun 2020 emisi CO2 per unit PDB diturunkan sampai 40 hingga 45 persen dibandingkan dengan tahun 2005. Wen Jiabao menyatakan, dalam waktu begitu panjang menurunkan emisi CO2 dalam skala besar memerlukan upaya yang gigih dan tak kenal susah payah. Dikatakannya, " Target pengurangan emisi CO2 akan dijadikan target yang mengikat dan dicantumkan dalam perancangan jangka menengah dan jangka panjang perkembangan sosial dan ekonomi nasional, jaminan pelaksanaan komitmen di bawah pengawasan hukum dan opini umum. Tiongkok akan menyempurnakan lebih lanjut cara statistik, pemantauan dan pengujian dalam negeri terhadap pekerjaan pengurangan emisi gas kamar kaca, memperbaiki cara pengungkapan informasi mengenai pengurangan emisi CO2, menambah transparansi, mengadakan dengan aktif pertukaran, dialog dan kerja sama internasional."

Meskipun pada saat terakhir konferensi kali ini masih tidak jelas apakah dapat mencapai dokumen hasil yang menunjukkan aspirasi politik bersama komunitas internasional, memanifestasikan upaya berbagai negara dalam mengatasi perubahan iklim, dan yang dapat diterima berbagai pihak, tapi Wen Jiabao dalam pidatonya telah membuat komitmen yang teguh pemerintah Tiongkok pada masalah itu. Dikatakannya, " Penetapan target pemerintah Tiongkok dalam mengurangi pembuangan gas kamar kaca merupakan aksi mandiri yang diambil berdasarkan keadaan negerinya, bertanggung jawab terhadap rakyat Tiongkok dan seluruh umat manusia, tidak ditambah prasyarat apa pun, dan tidak bertalian dengan target sejenis negara lain. Tak peduli konferensi kali ini mencapai hasil apa pun, target Tiongkok itu pasti diwujudkan dengan tegas, bahkan berupaya melampaui target tersebut.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040