Pertemuan pemimpin Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen kemarin (18/12) merupakan suatu peristiwa penting dan terakhir. Seratus lebih kepala negara dan kepala pemerintah termasuk Perdana Menteri Wen Jiabao atau pemimpin organisasi internasional menyampaikan pandangannya masing-masing di depan pertemuan, serta mengadakan komunikasi dan koordinasi terakhir mengenai tercapainya hasil final Konferensi Kopenhagen yang dapat diterima oleh berbagai pihak. Wen Jiabao di depan pertemuan memaparkan secara menyeluruh pendirian, gagasan dan langkah pemerintah Tiongkok dalam menghadapi perubahan iklim. Ia menyatakan, tak peduli bagaimana hasil yang dicapai pertemuan kali ini, Tiongkok akan dengan teguh dan terus berupaya mengatasi perubahan iklim. Berikut laporan wartawan kami.
Sidang ke-15 negara penandatangan Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim dan Sidang ke-5 negara penandatangan Protokol Kyoto yang digelar di Kopenhagen Denmark tanggal 7 lalu disebut sebagai Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen. Konferensi bertujuan membahas konsep tindak lanjut pasca sampai waktunya komitmen tahap pertama Protokol Kyoto serta aksi global menghadapi masalah perubahan iklim masa mendatang. Konferensi selama 12 hari ini diikuti dengan luas wakil-wakil berbagai kalangan dari 190 lebih negara dan daerah di dunia sejumlah 150.000 orang ke atas, mereka mengadakan pembahasan yang alot mengenai perubahan iklim dan sampai hari terakhir tetap terdapat banyak masalah yang bersilang pendapat, mengenai hal itu, Wen Jiabao dalam pidatonya menunjukkan, menangani perubahan iklim memerlukan keyakinan teguh, daya kohesi dan kesepahaman, upaya positif dan peningkatan kerja sama komunitas internasional, harus mempertahankan kebulatan hasil pertemuan, berpegang teguh pada keadilan peraturan, menitik beratkan kerasionalan target dan menjamin keefektifan mekanisme. Dikatakannya, " Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim dan Protokol Kyoto adalah hasil yang dicapai oleh berbagai negara melalui upaya gigih dalam jangka panjang, merupakan dasar hukum dan aksi penuntun kerja sama internasional menghadapi perubahan iklim, sangat perlu disayangi, diperkokoh dan dikembangkan. Hasil konferensi kali ini harus berpegang teguh pada dan tidak boleh mengaburkan prinsip fundamental Konvensi Dan Protokol terkait, harus menaati dan tidak boleh menyimpang dari wewenang Peta Jalan Bali, harus mengunci dan tidak boleh menegasi kesepahaman yang telah dicapai dan kemajuan yang dicapai dalam perundingan."
Wen Jiabao dalam pidatonya menjelaskan pula pekerjaan Tiongkok sebagai negara berkembang yang besar dalam mengatasi perubahan iklim. Selama 30 tahun ini, pembangunan modernisasi Tiongkok mencapai hasil yang mengundang perhatian dunia, tapi dalam proses perkembangan yang cepat, Tiongkok tidak mengabaikan masalah perubahan iklim, dan dalam negara berkembang terlebih dahulu merumuskan dan melaksanakan Konsep Nasional tentang Menghadapi Perubahan Iklim, terus memperbesar intensitas pekerjaan penghematan energi dan pengurangan emisi gas kamar kaca, mempercepat laju pertumbuhan energi baru dan energi terbarukan, terus mengadakan pemulihan fungsi hutan yang dijadikan tanah garapan dan penanaman pohon untuk penghutanan dalam skala besar. Yang patut dicatat ialah dari tahun 1990 sampai 2005, intensitas emisi CO2 per unit Produk Domestik Bruto PDB Tiongkok menurun 46 persen, di atas dasar itu, pemerintah Tiongkok dalam waktu dekat ini mengajukan pula, sampai tahun 2020 emisi CO2 per unit PDB diturunkan sampai 40 hingga 45 persen dibandingkan dengan tahun 2005. Wen Jiabao menyatakan, dalam waktu begitu panjang menurunkan emisi CO2 dalam skala besar memerlukan upaya yang gigih dan tak kenal susah payah. Dikatakannya, " Target pengurangan emisi CO2 akan dijadikan target yang mengikat dan dicantumkan dalam perancangan jangka menengah dan jangka panjang perkembangan sosial dan ekonomi nasional, jaminan pelaksanaan komitmen di bawah pengawasan hukum dan opini umum. Tiongkok akan menyempurnakan lebih lanjut cara statistik, pemantauan dan pengujian dalam negeri terhadap pekerjaan pengurangan emisi gas kamar kaca, memperbaiki cara pengungkapan informasi mengenai pengurangan emisi CO2, menambah transparansi, mengadakan dengan aktif pertukaran, dialog dan kerja sama internasional."
Meskipun pada saat terakhir konferensi kali ini masih tidak jelas apakah dapat mencapai dokumen hasil yang menunjukkan aspirasi politik bersama komunitas internasional, memanifestasikan upaya berbagai negara dalam mengatasi perubahan iklim, dan yang dapat diterima berbagai pihak, tapi Wen Jiabao dalam pidatonya telah membuat komitmen yang teguh pemerintah Tiongkok pada masalah itu. Dikatakannya, " Penetapan target pemerintah Tiongkok dalam mengurangi pembuangan gas kamar kaca merupakan aksi mandiri yang diambil berdasarkan keadaan negerinya, bertanggung jawab terhadap rakyat Tiongkok dan seluruh umat manusia, tidak ditambah prasyarat apa pun, dan tidak bertalian dengan target sejenis negara lain. Tak peduli konferensi kali ini mencapai hasil apa pun, target Tiongkok itu pasti diwujudkan dengan tegas, bahkan berupaya melampaui target tersebut.