Ibukota Filipina, Manila, Sabtu lalu diterjang badai hujan dan bencana banjir sehingga mengakibatkan 2 orang tewas dan 6 orang hilang. Manila boleh dikata rawan badai hujan dengan musim hujan berlangsung selama setengah tahun dari Juni hingga November. Banyaknya curah hujan selain diakibatkan topan yang sering terjadi, juga disebabkan cuaca lembap dan panas. Oleh karena itu, genangan air di kota boleh dikatakan sudah lumrah di Manila. Pemerintah setempat juga telah membentuk sistem peringatan dini bencana dan langkah tanggapan.
Sistem peringatan dini itu terutama meramalkan curah hujan akibat topan. Namun, terhadap hujan lebat akibat cuaca setempat, masih sulit diramalkan. Oleh karena itu, sistem peringatan dini itu masih perlu diperbaiki. Pemerintah Manila mengutamakan masalah penempatan korban bencana badai hujan. Pemerintah kota telah membangun banyak tempat penampungan korban bencana yang reguler di distrik kota, terutama sejumlah sarana umum seperti sekolah dan gedung olah raga. Begitu terjadi bencana banjir, para korban dapat menerima bantuan kebutuhan kehidupan sehari-hari secara tepat waktu, efisien, dan gratis, seperti air minum dan makanan.
Berkenaan dengan korban jiwa dan kerugian material, pemerintah Manila akan memberi kompensasi kalau bencana diakibatkan masalah pembangunan kota, misalnya korban jiwa akibat rusaknya penutup saluran air bawah tanah. Terhadap kerugian pribadi yang bukan sarana pemerintah, pemerintah tidak akan memberikan kompensasi dan biasanya ditanggung sendiri oleh pemilik. Kalau sudah diasuransikan, maka akan menjadi tanggungan perusahaan asuransi berdasarkan polis.
Malaysia juga adalah sepanjang tahun hanya memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Di Kuala Lumpur, ada banyak sungai dan pada musim hujan gampang terjadi genangan air karena naiknya air sungai. Untuk menanggulangi bencana, pemerintah Kuala Lumpur pada tahun 2003 mengalokasikan dana dalam jumlah besar untuk membangun megaproyek penanggulangan bencana banjir.
Proyek itu adalah sebuah terowongan sepanjang 9,7 kilometer untuk membelah air bagian hulu kota dan menyalurkan ke bagian aman agar tidak terjadi bencana banjir ketika datang hujan lebat.
Terowongan sepanjang 3 kilometer di distrik kota Kuala Lumpur itu berfungsi menanggulangi banjir sekaligus sebagai sarana transportasi. Terowongan itu seluruhnya terdiri tiga tingkat. Dua tingkat di atas digunakan untuk lalu lintas jalan raya dan satu tingkat di bawah digunakan untuk menyalurkan limpahan air. Apabila tidak ada hujan lebat dan curah hujan sedikit, terowongan itu hanya berfungsi sebagai terowongan jalan raya. Dalam keadaan hujan lebat, terowongan terbawah digunakan untuk menyalurkan air banjir, dua tingkat di atas tetap digunakan untuk lalu lintas jalan raya. Dalam keadaan hujan yang sangat lebat, lalu lintas di dua tingkat atas terowongan itu juga dihentikan dan seluruh terowongan digunakan untuk menyalurkan air banjir. Setelah 48 jam sejak dihentikannya penyaluran air banjir, terowongan itu baru boleh dibuka kembali untuk lalu lintas.