Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos akan membentuk aliansi pengekspor beras akhir tahun ini, demi mengintensifkan kerja sama untuk menaikkan harga beras dan meningkatkan pendapatan ekspor.
Thailand mengusulkan pembentukan organisasi negara pengekspor beras dalam pertemuan perdagangan ASEAN yang digelar Mei lalu. Thailand mengusulkan bersama Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar membentuk Organisasi Negara Pengekspor Beras (OREC) seperti halnya OPEC untuk melindungi kepentingan di tengah melonjaknya harga pangan internasional. Menurut statistik, jumlah total beras yang diekspor kelima negara ASEAN itu merupakan 49,2 persen total eskpor seluruh dunia. Usulan Thailand tersebut disambut oleh keempat negara lain tetapi juga mengundang sejumlah isu. Filipina sebagai pengimpor beras berpendapat bahwa terbentuknya organisasi tersebut tidak dapat mengatasi masalah krisis pangan global, tetapi juga "akan memperparah kelaparan dan kemiskinan". Gubernur Bank Pembangunan Asia (ADB), Haruhiko Kuroda pernah menyatakan, "Pasar besar harus dioperasikan dalam marketisasi", terbentuknya OREC tidak saja merugikan kepentingan negara pengimpor beras, tetapi juga tidak menguntungkan bagi negara pengekspor beras.
Sedangkan Ekonom Senior ADB, Zhuang Jian menganalisa, dilihat dari sudut negara pengekspor beras utama, pembentukan OREC memiliki alasan tertentu, antara lain dalam kondisi harga pangan yang sangat rendah dalam jangka panjang, konsumsi meningkat dan bioenergi bersama bahan pangan dewasa ini telah menjadi sumber berharga di seluruh dunia. "Negara pengekspor beras utama membentuk aliansi untuk mengendalikan jumlah produksi dan harga, demi melindungi kepentingan maksimal mereka dalam sistem perdagangan global."
Zhuang Jian mengatakan, "OREC akan sangat sulit untuk mencapai status seperti OPEC", karena sangat sulit mengendalikan jumlah pasokan beras. "Padi ditanam secara terpencar, OREC sulit mengendalikan aktivitas petani, sedangkan minyak bumi diproduksi oleh sejumlah kecil perusahaan multinasional di beberapa negara saja."
Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen sempat menyatakan, mereka tidak akan menimbun beras atau menaikan harga dalam kondisi kekurangan. Apa yang akan mereka kerjakan adalah menjamin pasokan beras yang cukup, sekaligus membantu mengatasi masalah kekurangan pangan di seluruh daerah bahkan di seluruh dunia.
Pertemuan perdagangan ASEAN pada bulan Mei lalu menyatakan, berbagai anggota menyetujui pengadaan kerja sama untuk menstabilkan harga beras di daerahnya, dan mengambil langkah untuk meningkatkan produktivitas di bidang penanaman, pemanenan, dan pemasaran padi. Para menteri ekonomi ASEAN menyatakan "akan menjamin pelaksanaan perdagangan beras yang adil dan tertib di kawasan." Sedangkan Indonesia menyatakan, "kelima negara itu tidak bersama memonopoli harga beras, melainkan memperbaiki mekanisme yang berlaku sekarang ini."