Sebagai negara besar di bidang manufaktur, pentingnya peranan ekonomi riil selalu ditekankan oleh pemimpin-pemimpin Tiongkok. Analis berpendapat, ekonomi riil penting untuk menguatkan perkembangan berkelanjutan pada masa depan.
Ekonomi Tiongkok pada pokoknya didominasi ekonomi riil. Skala usaha manufaktur pertama kalinya melampaui AS pada tahun 2011, merupakan 20% dalam nilai total usaha manufaktur dunia. Meski demikian, di balik besarnya skala manufaktur, fenomena ekonomi riil yang besar tapi tidak kuat kian menonjol.
Menurut perkenalan Kepala Kantor Riset Industri Akademi Sosial dan Iptek Tiongkok Jin Pei, kebanyakan industri Tiongkok masih belum menduduki puncak teknologi industry. Produk buatan Tiongkok yang mempunyai porsi pasar besar belum mencapai level maju dunia. Sejumlah produk buatan Tiongkok walau kulitasnya telah sampai atau melampaui level maju, namun komponen kuncinya masih tergantung impor. Nilai merek produk buatan Tiongkok lemah, kesenjangan dengan negara-negara maju menonjol.
Wakil Kepala Institut Ekonomi Universitas Rakyat Tiongkok Wang Jinbin mengatakan bahwa, ekonomi dunia kini tetap berada pada tahap industrialisasi, sedangkan proses industrialisasi Tiongkok masih belum selesai. Dengan latar belakang ekonomi yang mengutamakan usaha manufaktur, Tiongkok tidak hanya tergantung pada moneter atau usaha property. Oleh sebab itu, pembangkitan usaha manufaktur menjadi sasaran jangka mengengah atau panjang dalam perkembangan ekonomi Tiongkok.
Perkembangan ekonomi riil tidak terlepas dari dukungan moneter. Ekonom Zhu Jianfang berpendapat bahwa, pemerintah Tiongkok sedang membuka gerbang bagi badan moneter dan bank swasta, yang ke depannya akan bertambah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan perkembangan ekonomi. Pengembangan moneter yang menguntungkan publik akan meringankan beban keuangan perusahaan menengah dan perusahaan kecil .