Sidang tahunan 2018 Forum Asia Boao (BFA) akan digelar di Provinsi Hainan, Tiongkok dari tanggal 8 hingga 11 bulan ini. Tema sidang tahunan kali ini adalah "Asia yang terbuka dan inovatif, dunia yang makmur dan berkembang". Pakar-pakar dari berbagai negara berharap dapat mendengar suara Bo'ao, suara Tiongkok dan suara Asia yang membahas bersama rencana yang menguntungkan semua pihak serta mengupayakan kemakmuran bersama.
Direktur Eksekutif Pusat Riset Sosial dan Ekonomi dari Asosiasi Kamar Dagang Tionghoa Malaysia (ACCCIM), Lee Heng Guie mengatakan, pembelaan Tiongkok terhadap liberalisasi perdagangan global telah menciptakan lingkungan pertumbuhan ekonomi yang kondusif bagi negara-negara Asia. Pihaknya mengharapkan Tiongkok dapat menggunakan BFA sebagai platform untuk terus menjaga sistem perdagangan bebas, dan memberikan dinamika kepada perkembangan berkelanjutan ekonomi dunia.
Wakil Rektor Universitas Indonesia, Dr. Adi Zakaria Afiff mengatakan, proses globalisasi sedang berada pada persimpangan jalan, itu memungkinkan kita memaham Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia secara lebih mendalam. Arah dan ide pembangunan yang dipertahankan Tiongkok itu telah memberikan kontribusi penting demi penjalinan kerja sama dan kepercayaan di kawasan dan seluruh dunia. Di bidang itu, BFA merupakan platform penting yang dapat mendorong negara-negara Asia untuk bersama-sama menciptakan masa depan yang indah.
Rektor National University of Singapore (NUS), Prof Tan Eng Chye berpendapat, proses globalisasi telah mengaitkan nasib berbagai negara Asia. Negara manapun yang ingin mengupayakan perkembangan membutuhkan lingkungan internasional yang damai dan stabil, harus mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara lain, itulah konotasi penting Komunitas Senasib Sepenanggungan Asia dan Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia.