Sejak keluar hotel, saya sudah diperingati oleh tour guide: jangan tergesa-gesa saat mendaki. Sebab semakin ke atas, oksigen kian tipis dan kepala mudah pusing. Jika mempunyai penyakit jantung, siap-siap napas akan tersenggal-senggal.
Saya menyiapkan diri dengan pakaian berlapis. Mulai dari kaos dalam, baju, sweeter, dan jaket tebal. Lengkap dengan tutup kepala serta sarung tangan.
"Udara di atas sangat dingin. Bisa di bawah 10 derajat Celcius," kata pemandu kami.
Perjalanan dimulai dari gerbang Taman Cagar Al Huanglong. Dengan tiket seharga 200 yuan, kami bisa memasuki kawasan tersebut. Uang ini belum termasuk tiket cable car yang mencapai 280 yuan.
Saat menggunakan cable car, mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang luar biasa indah. Deretan pohon pinus dengan sebagian dahannya yang mulai tertutup salju.
Perjalanan berat mulai dirasakan saat kami mulai mendaki. Setapak demi setapak mulai melangkah. Semakin ke atas, mulai semakin berat. Benar kata pemandu tadi pagi, oksigen mulai menipis. Langkah kaki pun semakin berat.
Sepanjang jalan, saya melihat banyak wisatawan mulai kehabisan tenaga. Mereka beristirahat di tepi jalan kayu yang memang disediakan untuk para wisatawan. Sebagian malah terlihat sudah menghirup oksigen, yang dijual per tabung seharga 15 yuan.
"Jantung saya berdebar. Saya harus istirahat dulu," kata Arman, wisatawan asal Malaysia.
Sejumlah warung juga berdiri untuk menjual berbagai makanan ringan dan minuman. Bahkan ada oksigen bar bagi mereka yang memerlukan bantuan udara.
Jika dihitung, total jarak perjalanan mendaki mencapai 2 kilometer. Kebayang kan capeknya.
Namun jangan khawatir. Rasa lelah Anda akan terbayar lunas jika sudah sampai di puncak. Di sana anda akan melihat panorama alam yang sangat indah, berupa danau tiga warna.
Tidak hanya itu, Anda akan melihat pegunungan yang tertutup salju. Wooow. Indah banget. Kami yang tinggal di daerah tropis, benar-benar takjub dengan alam di Huanglong. Terlebih siang tadi turun hujan salju yang menerpa tubuh kami untuk pertama kali.
- Ulfan Rahmad, SCTV Indonesia