Adhar Hazairin, Kepala Divisi Produk Agro Kawasan Asia, Australia, dan Selandia Baru dari Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) hari ini (24/10) mengatakan kepada CRI, sampai siang ini akumulasi nilai transaksi antara Indonesia dan Tiongkok dalam Ekspo Tiongkok Asean ke-6 mencapai 50 juta dolar AS.
"Sampai siang ini, hasil akumulasi terakhir sebesar 50 juta dolar AS. Tapi data ini masih belum lengkap dan malam ini kami baru dapat melengkapinya," ujar Hazairin.
Pada hari pertama Ekspo Nanning ke-6 yakni tanggal 20 Oktober terjadi tanda tangan kontrak antara perusahaan Kalbar yang diwakili oleh Pemerintah Propinsi Kalbar dengan perusahaan Tiongkok, PT Thangseng yang berbasis di Beijing.
"Perusahaan Thangseng akan mengimpor arang beriket, baik yang bahan bakunya dari tempurung kelapa maupun dari kayu senilai Rp.200 milyar. Dan kalau transaksi Rp.200 milyar ini sudah terealisir, selanjutnya mereka akan melakukan pemesanan kembali senilai Rp.75 milyar," ujar Hazairin.
Pada 20 Oktober lalu juga, Wagub Kalbar Christiady Sanjaya beserta rombongan meninjau langsung pabrik gula di daerah otonomi khusus Zhuang Guangxi. Kunjungan tersebut ditindaklanjuti dengan perjanjian penanaman modal di Kalbar dalam bentuk proyek pembangunan pabrik gula. "Nilai investasi yang akan ditanamkan oleh pengusaha Tiongkok di Kalbar adalah Rp. 140 milyar," kata Hazairin.
Nilai transaksi bisnis antara Kalbar dengan pengusaha Tiongkok dalam Ekspo Tiongkok Asean ke-6 bertambah dengan adanya perjanjian impor cangkang kelapa sawit sebanyak 200 ton perbulan dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) 13 sebagai pensuplainya.
"Harganya disetujui 50 dolar AS per metrik ton. Artinya per bulan transaksi ini senilai 10.000 dolar AS," kata Hazairin seraya menginformasikan bahwa pada tahun depan Indonesia akan menjadi Negara Kehormatan Ekspo Tiongkok Asean 2010.