Menyoal Potensi dan Kendala Agrobisnis Indonesia
  2010-10-04 14:06:51  CRI
Indonesian Tropical Fruits Festival yang digelar di Expo Shanghai selama beberapa hari ini menghadirkan beragam buah-buahan tropis asal Indonesia yang unik dan eksotis. Even ini dibuka oleh Menteri Pertanian Indonesia Dr. Suswono MMA pada tanggal 1 Oktober 2010 lalu, dan direncanakan akan berlangsung selama lima hari.

Festival ini adalah even kedua yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia di Expo Shanghai setelah Festival Kopi Indonesia pada Juli lalu. Kegiatan ini melibatkan partisipasi para pelaku agrobisnis, kalangan eksportir, bahkan pengusaha UKM Indonesia.

Dengan keadaan lingkungan yang unik, Indonesia punya potensi besar dalam produk buah-buahan eksotis. Festival ini adalah untuk memperkenalkan beragam buah tropik ke pasar Tiongkok, misalnya salak, manggis, alpokat, mangga, melon, guava, pisang, markisa, melon, semangka, dan sebagainya. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, agrobisnis Indonesia dengan keunikan produknya mempunyai potensi yang sangat besar untuk menembus pasar Tiongkok.

Pihak Kementerian Pertanian Indonesia menyatakan harapan untuk meningkatkan ekspor manggis, mangga, dan salak ke pasar Tiongkok. Kementerian Pertanian juga berharap pemerintah Tiongkok lebih fleksibel dalam liberalisasi impor produk buah tropis Indonesia. Pada tahun 2009, Indonesia mengimpor 390 ribu ton buah-buahan dari Tiongkok, sementara Tiongkok hanya mengimpor 5.000 ton buah-buahan dari Indonesia, dan umumnya didominasi oleh manggis dan salak saja.

Mengenai hambatan dalam perdagangan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok pada sektor buah-buahan tropis ini, Menteri Pertanian Suswono menyebut hal ini terkait dengan peraturan karantina yang diterapkan oleh berbagai negara dalam impor produk pertanian, demi keselamatan konsumen. Menteri Pertanian Suswono mengatakan,

"Tentu saja masing-masing negara memiliki kriteria-kriteria untuk menerima buah-buahan yang memenuhi standar. Kalau Indonesia mau mengekspor ke Tiongkok tentu saja harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Tiongkok. Demikian pula produk-produk buah-buahan Tiongkok kalau mau masuk Indonesia tentu saja juga ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Nah yang penting adalah, bahwa persyaratan-persyaratan yang ada itu dalam kerangka untuk menjaga, yaitu tidak membawa penyakit dan menjamin keamanan bagi konsumennya."

Dalam even Indonesian Fruits Festival di Expo Shanghai ini, rombongan Kementerian Pertanian juga melibatkan pemerintah daerah. Peningkatan hubungan perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia diharapkan dapat menggerakkan perekonomian hingga ke tingkat daerah dan langsung mencapai masyarakat. Bupati Subang Eep Hidayat yang menghadiri pembukaan even ini menjelaskan potensi daerahnya,

"Jadi Subang itu Indonesia mini, jadi ada pegunungan, ada dataran, ada lautan. Oleh karena itu [potensi] dari sisi buah-buahan banyak. Untuk investasi, sebelum ini kita ke Korea, dan sekarang ada 20 perusahaan Korea yang tertarik setelah kita memperkenalkan Subang. Oleh karena itu mudah-mudahan Tiongkok pun sama tertariknya dengan kita, karena kita adalah miniatur Indonesia."

Anggota rombongan Kementerian dari Divisi Promosi dan Pengembangan Pasar menilai kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok dalam bidang pertanian masih belum intensif. Masih banyak peluang kerja sama yang bisa dikembangkan, khususnya di bidang teknologi pasca panen, mekanisasi, dan perbenihan. Indonesia sangat membutuhkan teknologi yang dimiliki Tiongkok, khususnya di bidang benih padi hibrida dan mesin-mesin pengolahan.

Dalam acara pembukaan even Indonesian Tropical Fruits Festival juga ditandatangani sejumlah MoU antara perusahaan Indonesia dan Hong Kong. Komar Muljawibawa, Direktur perusahaan eksportir produk agrikultur PT Alamanda Sejati Utama, mengatakan,

"MoU yang kami tanda tangani adalah suatu kesepakatan, untuk meningkatkan jumlah ekspor buah tropik Indonesia ke Tiongkok. Diharapkan dengan ditandatanganinya ini, disaksikan oleh pihak Kementerian Pertanian, menjadikan pemacu untuk kita sebagai eksportir dan juga stakeholder lain di bidang buah-buahan ini---petani, pengumpul---untuk berproduksi lebih banyak dan lebih baik."

Sebagai pengusaha agrobisnis, direktur PT Alamanda, Komar Muljawibawa, menilai, kendala utama yang dihadapi Indonesia adalah masalah produksi, promosi, dan daya saing. Dengan kebutuhan domestik akibat jumlah penduduk Indonesia yang besar, produksi Indonesia dinilai masih belum cukup untuk ekspor. Komar berharap pemerintah lebih gencar mempromosikan produk pertanian Indonesia ke luar negeri. Dari segi daya saing, Komar menilai Indonesia masih lemah dari segi harga, mutu, dan kontinuitas. Misalnya, dari harga, produk buah tropis Indonesia masih sukar bersaing dengan Thailand dan Malaysia karena harga pengangkutan udara Indonesia terlalu tinggi. Komar mengatakan,

"Problem kita dengan angkutan udara, di Indonesia ini biaya pengangkutan udara kita itu hampir dua kali lipat dibanding dengan Malaysia atau dengan Thailand. Ini tidak terlepas dari subsidi pemerintah dan maskapai penerbangan yang dimiliki oleh pemerintah. Di mana pun di dunia, saya kira, produk pertanian untuk bersaing di pasar internasional diperlukan bantuan pemerintah. Tanpa bantuan pemerintah mustahil kita bisa kerja."

Menteri Pertanian menyatakan optimis produk buah-buahan tropik Indonesia akan berhasil bersaing di pasar dunia, dan pasar Tiongkok pada khususnya

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040