Festival ini adalah even kedua yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia di Expo Shanghai setelah Festival Kopi Indonesia pada Juli lalu. Kegiatan ini melibatkan partisipasi para pelaku agrobisnis, kalangan eksportir, bahkan pengusaha UKM Indonesia.
Dengan keadaan lingkungan yang unik, Indonesia punya potensi besar dalam produk buah-buahan eksotis. Festival ini adalah untuk memperkenalkan beragam buah tropik ke pasar Tiongkok, misalnya salak, manggis, alpokat, mangga, melon, guava, pisang, markisa, melon, semangka, dan sebagainya. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, agrobisnis Indonesia dengan keunikan produknya mempunyai potensi yang sangat besar untuk menembus pasar Tiongkok.
Pihak Kementerian Pertanian Indonesia menyatakan harapan untuk meningkatkan ekspor manggis, mangga, dan salak ke pasar Tiongkok. Kementerian Pertanian juga berharap pemerintah Tiongkok lebih fleksibel dalam liberalisasi impor produk buah tropis Indonesia. Pada tahun 2009, Indonesia mengimpor 390 ribu ton buah-buahan dari Tiongkok, sementara Tiongkok hanya mengimpor 5.000 ton buah-buahan dari Indonesia, dan umumnya didominasi oleh manggis dan salak saja.
Mengenai hambatan dalam perdagangan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok pada sektor buah-buahan tropis ini, Menteri Pertanian Suswono menyebut hal ini terkait dengan peraturan karantina yang diterapkan oleh berbagai negara dalam impor produk pertanian, demi keselamatan konsumen. Menteri Pertanian Suswono mengatakan,
"Tentu saja masing-masing negara memiliki kriteria-kriteria untuk menerima buah-buahan yang memenuhi standar. Kalau Indonesia mau mengekspor ke Tiongkok tentu saja harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Tiongkok. Demikian pula produk-produk buah-buahan Tiongkok kalau mau masuk Indonesia tentu saja juga ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Nah yang penting adalah, bahwa persyaratan-persyaratan yang ada itu dalam kerangka untuk menjaga, yaitu tidak membawa penyakit dan menjamin keamanan bagi konsumennya."
Dalam even Indonesian Fruits Festival di Expo Shanghai ini, rombongan Kementerian Pertanian juga melibatkan pemerintah daerah. Peningkatan hubungan perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia diharapkan dapat menggerakkan perekonomian hingga ke tingkat daerah dan langsung mencapai masyarakat. Bupati Subang Eep Hidayat yang menghadiri pembukaan even ini menjelaskan potensi daerahnya,
"Jadi Subang itu Indonesia mini, jadi ada pegunungan, ada dataran, ada lautan. Oleh karena itu [potensi] dari sisi buah-buahan banyak. Untuk investasi, sebelum ini kita ke Korea, dan sekarang ada 20 perusahaan Korea yang tertarik setelah kita memperkenalkan Subang. Oleh karena itu mudah-mudahan Tiongkok pun sama tertariknya dengan kita, karena kita adalah miniatur Indonesia."
Anggota rombongan Kementerian dari Divisi Promosi dan Pengembangan Pasar menilai kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok dalam bidang pertanian masih belum intensif. Masih banyak peluang kerja sama yang bisa dikembangkan, khususnya di bidang teknologi pasca panen, mekanisasi, dan perbenihan. Indonesia sangat membutuhkan teknologi yang dimiliki Tiongkok, khususnya di bidang benih padi hibrida dan mesin-mesin pengolahan.
Dalam acara pembukaan even Indonesian Tropical Fruits Festival juga ditandatangani sejumlah MoU antara perusahaan Indonesia dan Hong Kong. Komar Muljawibawa, Direktur perusahaan eksportir produk agrikultur PT Alamanda Sejati Utama, mengatakan,
"MoU yang kami tanda tangani adalah suatu kesepakatan, untuk meningkatkan jumlah ekspor buah tropik Indonesia ke Tiongkok. Diharapkan dengan ditandatanganinya ini, disaksikan oleh pihak Kementerian Pertanian, menjadikan pemacu untuk kita sebagai eksportir dan juga stakeholder lain di bidang buah-buahan ini---petani, pengumpul---untuk berproduksi lebih banyak dan lebih baik."
Sebagai pengusaha agrobisnis, direktur PT Alamanda, Komar Muljawibawa, menilai, kendala utama yang dihadapi Indonesia adalah masalah produksi, promosi, dan daya saing. Dengan kebutuhan domestik akibat jumlah penduduk Indonesia yang besar, produksi Indonesia dinilai masih belum cukup untuk ekspor. Komar berharap pemerintah lebih gencar mempromosikan produk pertanian Indonesia ke luar negeri. Dari segi daya saing, Komar menilai Indonesia masih lemah dari segi harga, mutu, dan kontinuitas. Misalnya, dari harga, produk buah tropis Indonesia masih sukar bersaing dengan Thailand dan Malaysia karena harga pengangkutan udara Indonesia terlalu tinggi. Komar mengatakan,
"Problem kita dengan angkutan udara, di Indonesia ini biaya pengangkutan udara kita itu hampir dua kali lipat dibanding dengan Malaysia atau dengan Thailand. Ini tidak terlepas dari subsidi pemerintah dan maskapai penerbangan yang dimiliki oleh pemerintah. Di mana pun di dunia, saya kira, produk pertanian untuk bersaing di pasar internasional diperlukan bantuan pemerintah. Tanpa bantuan pemerintah mustahil kita bisa kerja."
Menteri Pertanian menyatakan optimis produk buah-buahan tropik Indonesia akan berhasil bersaing di pasar dunia, dan pasar Tiongkok pada khususnya