Tentara Thailand dan Kamboja kemarin (7/2) kembali terlibat dalam kontak senjata di daerah Preah Vihear Temple yang menjadi sengketa kedua negara. Ini adalah konflik senjata yang keempat kali di daerah perbatasan sejak 4 Februari 2011. Sebelumnya, petinggi tentara Thailand dan Kamboja telah melakukan dua kali dialog dan mencapai gencatan senjata. Hasil perundingan itu ternyata tidak berhasil memainkan peranan sebagaimana mestinya, namun sebaliknya, api perang makin marak berlangsung dan persengketaan kedua negara di daerah perbatasan Preah Vihear Temple kembali menjadi sorotan dunia. Dalam situasi dewasa ini, baik Thailand maupun Kamboja menghadapi dilema yang sulit, yaitu kembali ke meja perundingan atau melanjutkan perang.
Kontak senjata yang terjadi antara tentara Thailand dan Kamboja kemarin berlangsung pukul 8:00 hingga pukul 10:00 waktu setempat. Begitu konflik terhenti, tentara Thailand segera mengirim sebuah helikopter ke lokasi kejadian untuk memperkirakan jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda. Dikatakan Thailand, skala kontak senjata yang keempat kali itu relatif kecil, hanya senjata ringan yang digunakan oleh kedua pihak dalam konflik tersebut. Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen mengatakan, pertempuran itu minimnya mengakibatkan 5 orang tewas. Ketegangan situasi juga membawa dampak serius terhadap kehidupan dan keamanan rakyat yang hidup di daerah perbatasan tersebut. Pemerintah Sisaket, Thailand telah meliburkan sekolah-sekolah di 3 kabupaten, dan mengevakuasi semua warga ke tempat yang aman.
Dari tanggal 4 hingga 6 Februari, seluruh pasukan tentara kedua negara terlibat dalam tiga kali konflik senjata di daerah Preah Vihear Temple. Komandan senior tentara kedua negara telah mengadakan dua kali pembicaraan masing-masing pada hari Sabtu (5/2) dan hari Minggu lalu (6/2). Dalam pembicaraan itu kedua pihak setuju untuk segera melakukan gencatan senjata, akan tetapi gencatan senjata itu gagal diberlakukan setelah terjadi baku tembak selama 3 jam, petang hari Minggu lalu. Menanggapi konflik senjata yang terjadi pada kemarin pagi, juru bicara Angkatan Darat Thailand, Sansern menyatakan, tentara Thailand akan melancarkan pembalasan yang kuat terhadap serangan Kamboja, dan Thailand tidak akan melanjutkan dialog dengan Komboja yang selalu terlebih dulu melepaskan tembakan tanpa alasan.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen menyatakan, kontak senjata antara tentara kedua negara di sekitar Preah Vihear Temple dapat dikatakan sebagai "konflik bersenjata berskala besar atau perang perbatasan yang berskala kecil". Hun Sen menuduh Thailand bertujuan merampas wilayah seluas 46.000 kilometer persegi dengan Preah Vihear Temple sebagai pusatnya. Hun Sen mengatakan, status wilayah itu adalah sebab fundamental yang memicu konflik bersenjata kedua negara.
Hun Sen menegaskan, pemerintah Kamboja akan berusaha menyelesaikan konflik dengan Thailand melalui jalur diplomatik dan militer. Dikatakannya, dia sudah meminta Dewan Keamanan PBB untuk segera mengadakan sidang dan menghentikan agresi Thailand ke Kamboja. Hun Sen mengharapkan PBB mengirim pasukan penyangga ke daerah Preah Vihear Temple yang kontroversial untuk mencegah kembali terjadinya konflik bersenjata.
Juru bicara kantor perdana menteri Thailand, Panitan dalam jumpa pers kemarin sore mengatakan, dalam konflik-konflik senjata di daerah perbatasan, tentara Thailand selalu diserang terlebih dulu oleh Kamboja, dan terpaksa melancarkan aksi pembelaan diri. Diungkapkannya, Kementerian Kedutaan Besar Thailand kemarin sore telah memanggil duta besar 16 negara untuk Thailand dalam rangka memperkenalkan rincian tentang konflik dengan Kamboja. Ia percaya tindakan Thailand dapat dimengerti oleh pemerintah mancanegara.
Konflik putaran baru antara Thailand dan Kamboja di daerah perbatasan telah mengundang perhatian luas masyarakat internasional. Sekjen PBB, Ban Ki-Moon hari Minggu lalu menyatakan keprihatinan yang mendalam atas konflik bersenjata yang mengakibatkan korban tewas dan luka-luka. Ia menghimbau kedua pihak secara maksimal menahan diri, dan mengambil tindakan efektif untuk mengakhiri perselisihan ini. Ban Ki-Moon juga menyerukan kedua pihak untuk mengusahakan penyelesaian persengketaan yang kekal melalui dialog dan mekanisme yang ada. Dikatakannya, PBB sewaktu-waktu bersedia memberi bantuan demi upaya perdamaian.
Sementara itu, Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan hari Sabtu lalu mengatakan, ASEAN prihatin akan konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja. Dikatakannya, konflik itu sudah mempengaruhi ekonomi, pariwisata dan investasi di kedua negara. Ia menyerukan, pemerintah Thailand dan Kamboja untuk sesegera mungkin memulai dialog untuk mencapai kesepakatan perdamaian demi kesejahteraan rakyat kedua negara.
Dinyatakan, apabila sebelum intervensi PBB konflik terus berlanjut, maka akan mendatangkan dampak negatif bagi penyelesaian masalah.