Sebuah laporan PBB kemarin (18/4) mengatakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik tahun ini diperkirakan akan melamban. Hal itu disebabkan karena melesunya perekonomian negara-negara maju, ketidakpastian politik di beberapa negara, dan masalah struktur ekonomi di beberapa perekonomian di kawasan Asia Pasifik.
Informasi itu dimuat dalam laporan "Ringkasan Ekonomi dan Sosial Asia dan Pasifik 2013" yang dipublikasikan Komisi Ekonomi Sosial Asia-Pasifik PBB. Laporan itu mengatakan pola pembangunan yang dimulai dari "pertumbuhan" dan dilanjutkan dengan "pembagian" dan akhirnya "pengelolaan" tidak sesuai dengan keadaan ekonomi global saat ini. Sebaliknya, pembangunan yang berkelanjutan harus direalisasikan melalui pembentukan kebijakan.
Komisi Ekonomi Sosial Asia-Pasifik PBB mengatakan telah muncul sejumlah gejala perbaikan ekonomi pada awal 2013, namun perubahan ekonomi yang substansial belum terealisasi.
Laporan itu menunjukkan, sejak terjadinya krisis moneter dunia dan adanya ketidakpastikan moneter di Zona Euro, AS telah menimbulkan serangkaian masalah bagi perekonomian Asia-Pasifik, termasuk mendatangkan kerugian sebesar tiga persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) di kawasan Asia-Pasifik, yang senilai US$ 87 miliar.
Menurut perkiraan laporan itu, tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini akan sedikit meningkat. Sementara itu, perekonomian India akan meningkat dari 5 persen tahun lalu menjadi 6,4 persen tahun ini. Ekonomi Asia Selatan dan Asia Barat Laut termasuk Afghanistan, Bangladesh, Budan dan Srilanka diprediksi akan tumbuh 6 persen. Ekonomi Indonesa diperkirakan naik menjadi 6,6 persen, Filipina naik menjadi 6,2 persen, Thailand naik menjadi 5,3 persen, dan Vietnam naik menjadi 5,5 persen.